Nabi Yusuf as merupakan putra ke
tujuh dari dua belas putara puteri Nabi Ya’qub as. Beliau adalah anak dari
istri Nabi Ya’qub yang bernama Rahil. Dari Ibu Rahil ini Nabi Yusuf juga
mempunyai adik bernama Benyamin. Nabi Yusuf dianugrahi wajah yang sangat tampan
oleh Allah SWT, juga dengan tubuh yang gagah dan sempurna sehingga membuat
banyak wanita terpesona akan kemolekan parasnya.
Pada suatu hari, Nabi
Yusuf as bermimpi melihat sebelas bintang, mathari, dan bulan semuanya sujud
kepadanya, dan mimpinya itu disampaikan kepada ayahnya yaitu Nabi Ya’qub as,
sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an berikut ini :
“(Ingatlah), ketika
Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai
ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;
kulihat semuanya sujud kepadaku”
“Ayah berkata : “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”
(QS. 12 : 4 – 5)
Nabi Ya’qub as mengingatkannya
kepada Nabi Yusuf agar jangan sampai
menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Karena saudara-saudara Nabi
Yusuf as tidak menyukainya atau iri
dengan kedekatan ayahnya serta perhatian lebih Nabi Ya’qub as kepadanya Nabi
Yusuf.
Nabi Yusuf as adalah
anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan
dengan saudara-saudaranya yang lain, terutama setelah ibu kandungnya Rahil
meninggal atau wafat ketika Yusuf masih berusia dua belas tahun. Nabi Ya’qub as
merasa bahwa anaknya itu akan mengemban suatu urusan besar, yaitu keNabian yang
berada di sekitarnya.
Perlakuan yang berbeda
dari Nabi Ya’qub as kepada anak-anaknya yang lain menimbulkan rasa iri hati dan
dengki di antara saudara-saudara Nabi Yusuf as yang lain, mereka merasa dianak tirikan
oleh ayahnya. Mereka menganggap Nabi Ya’qub tidak adil terhadap sesama anaknya,
karena lebih memanjakan Nabi Yusuf as dari pada yang lainnya.
Rasa jengkel terhadap
ayah mereka dan iri hati pada Nabi Yusuf as membangkitkan rasa setia kawan
antara sauda-saudara Yusuf, persatuan dan rasa persaudaraan yang akrab di
antara mereka. Sehingga rasa iri hati dan kebencian saudara-saudaranya juga
tidak dapat ditutup-tutupi lagi. Rasa sayang Nabi Ya’qub as kepada Nabi Yusuf
dan Bunyamin adiknya sebenarnya cukup wajar, karena Nabi Yusuf dan adiknya sudah
tidak memiliki ibu lagi sejak ibunya melahirkan Bunyamin. Karena sebab itulah
Nabi Ya’qub sangat menyayangi Nabi Yusuf as dan adiknya Benyamin. Terlebih lagi
saat Nabi Ya’qub mendengar dan mengetahui akan mimpi Nabi Yusuf as. Semakin
bertambah pula pengawasannya untuk keselamatan Nabi Yusuf as dan adiknya. Hal
ini menyebabkan bertambahnya kedengkian dan kebencian saudara-saudara terhadap
Nabi Yusuf as dan adiknya.
Dibuang Ke
Sumur
suatu hari saudara-saudara
Nabi Yusuf as berkumpul dan bermusyawarah untuk mengemukakan perasaan mereka
masing-masing atas perlakuan Ayah mereka yang dianggapnya tidak adil kepada
anak-anaknya. Dalam musyawarah ini banyumin tidak diikut sertakan karena ia
adalah adik kandung Nabi Yusuf as, mereka memutuskan agar Nabi Yusuf as dibuang
saja.
Terjadilah dialog
antara mereka dengan ayahnya dengan penuh kelembutan namun terdapat dendam yang
tersembunyi di hati. Dalam hal ini diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“mereka berkata : “wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak
mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang menginginkan kebaikan baginya. Biarlah dia pergi bersama kami besok pagi,
agar ia (dapat) bersenang-sendang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya
kami pasti menjaganya”
“berkata Ya’qub : “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf
amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang
kamu lengah dari padanya”
“Mereka berkata : “Jika ia benar-benar dimakan serigala,
sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah
orang-raong yang merugi” (Qs 12 : 11 – 14)
Mereka membujuk
ayahnya agar mengizinkan Nabi Yusuf as pergi dengan mereka. Akhirnya mereka
berhasil meyakinkan ayahnya yang sangat khawatir kalau-kalau Nabi Yusuf as
dimakan oleh serigala. Apakah ini masuk akal? Kami sepuluh orang laki-laki,
maka mana mungkin kami yang banyak ini lalai darinya? Sungguh kami akan
kehilangan sifat kejantanan kami seandainya terjadi peristiwa itu. Kami jamin
bahwa tidak ada seekor serigala pun akan memakannya. Karena itu, tidak ada yang
perlu dikhawatirkan.
Mereka pun berhasil
mengajak Nabi Yusuf as pada hari berikutnya dan pergi dengannya ke gurun.
Mereka menuju tempat yang jauh belum pernah mereka tempuh. Mereka mencari sumur
yang disitu sering dilewati oleh para kafilah dan mereka berencana untuk
memasukkan Nabi Yusuf as ke dalam sumur itu. Allah Yang Maha Mengetahui
mengilhamkan kepada Nabi Yusuf as bahwa ia akan selamat, maka tidak perlu
takut. Allah Yang Maha Kuasa menjamin bahwa Nabi Yusuf as akan bertemu dengan
mereka pada suatu hari dan akan memberi tahu mereka apa yang mereka lakukan
kepadanya.
Nabi Yusuf as sempat
melakukan perlawanan kepada mereka, namun mereka memukulinya dan mereka memerintahkannya
untuk melepas bajunya, lalu mereka menceburkannya ke dalam sumur dalam keadaan
telanjang. Kemudian Allah Yang Maha Kuasa mewahyukan kepadanya bahwa ia akan
selamat dan karean itu ia tidak perlu takut. Walau di dalam sumur itu terdapat
air, namun tubuh Nabi Yusuf as tidak terkena hal yang membahayakan. Ia
sendirian duduk di sumur itu, kemudian ia bergantungan dengan batu.
Kemudian saudara-saudara
yang benci kepada Nabi Yusuf itu menyembelih hewan sejenis kambing atau rusa,
lalu melumurkan darah palsu ke pakaian Nabi Yusuf as. Mereka lupa untuk
merobek-robek pakaian Nabi Yusuf as. Mereka malah membawa apakain sebagaimana
biasanya (masih utuh) dan hanya berlumuran darah. Peristiwa ini terjadi di
malam yang gelap. Sementara itu, si ayah duduk di rumahnya lalu anak-anaknya
masuk menemuinya di tengah malam di mana kegelapan malam menyembunyikan
kegelapan serta kebohongan yang siap ditampakkan. Nabi Ya’qub bertanya :
“Mengapa kalian menangis? Apakah terjadi sesuatu pada kambing?Mereka berkata
sambil meninggikan tangisnya, seperti diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Kemudian mereka
datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis”
“Mereka berkata
: “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami
pergi berlomba-lomba, dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,
lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami,
sekalipun kami adalah orang-orang yang benar” (Qs 12 : 17 – 18)
Nabi Ya’qub as
memegang pakaian anaknya. Lalu ia mengangkat pakaian itu dan memperhatikannya
di bawah cahaya yang terdapat dalam kamar. Ia membalik-balikkan baju itu di
tangannya namun ia melihat bahwa pakaian itu masih utuh dan tidak ada
tanda-tanda cakaran atau robek. Serigala apa yang makan Nabi Yusuf as? Apakah
ia memakan dari dalam pakaian tanpa merobek pakaiannya? Seandainya Nabi Yusuf
as mengenakan pakaiannya lalu ia dimakan oleh serigala, semestinya pakaian
tersebut akan robek. Seandainya ia telah melepas bajunya untuk bermain dengan
saudara-saudaranya, maka bagimana pakaian tersebut dilumiri dengan darah
sementara saat itu tidak menggunakan pakaian?
Berdasarkan
bukti-bukti itu, Nabi Ya’qub as mengetahui bahwa mereka berbohong. Nabi Yusuf
as tidak dimakan oleh serigala. Nabi ya’qub mengetahui bahwa anak-anaknya
berbohong, ia mengungkapkan hal itu dalam perkatannya yang tersebut dalam Al
Qur an :
“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang
berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata “sebenarnya dirimu sendirilah
yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah
(kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang
kamu ceritakan” (Qs 12 ; 18)
Demikianlah
perilaku Nabi Ya’qub dengan bijaksananya. Ia meminta agar diberi kesabaran dan
memohon pertolongan kepada Allah SWT atas apa yang mereka lakukan terhadap
putra kesayangannya.
Nabi Yusuf as ditemukan di sumur
Kemudian, ada kafilah
yang sedang berjalan menuju Mesir, yaitu satu kafilah besar yang berjalan cukup
jauh sehingga dinamakan Sayyarah. Semua kafilah itu menuju sumur, mereka
berhenti untuk menambah air. Mereka mengulurkan timba/ember ke sumur. Lalu Nabi
Yusuf as bergelantung pada timba tersebut. Orang yang mengulur timba mengira
bahwa timbanya telah penuh dengan air. Namun setelah dilihat, kafilah itu
terkejut sambil berkata “Hai, alanglah gembiranya kita, mendapatkan seorang
anak yang tampan”
Pada saat itu
aturannya adalah bahwa siapa yang menemukan sesuatu yang hilang, maka ia yang
akan menjadi pemiliknya. Awalnya orang yang menemukannya sangat senang, namun
ia berfikir mengenai tanggung jawab yang harus ditanggungnya, lalu muncullah
rasa khawatir dalam dirinya. Kemudian untuk menghindari hal yang
mengkhawatirkan tersebut ia berencana untuk menjualnya ketika tiba di mesir.
Nabi Yusuf as dijual di pasar
Setelah orang yang
menemukan Yusuf itu tiba di mesir ia segera menjualnya di pasar dengan harga
yang sangat murah, ketika itu Yusuf dibeli oleh salah satu pembesar di Mesir.
Pembesar itu mengambil Nabi Yusuf as dan menjadikan anak angkatnya,
dirawatnya Yusuf dengan baik oleh isteri pembesar itu. Isteri pembesar itu
bernama Zulaikha, mulai saat itu Nabi Yusuf as tinggal bersama mereka. Seperti
diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
“Kemudian
datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu menyuruh seorang mengambil air,
maka dia menurunkan timbanya, dia berkata ; “Oh, kabar gembira, ini seorang
anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan
Allah maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan
harga yang murah, yiatu beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya
kepada Yusuf. Dan orang mesir yang membelinya berakata kepada istrinya:
“Berikanlah kepadanya empat (dan layanan) yang baik, boleh jadi ia bermanfaat
kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak” dan demikian pulalah kami
memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (mesir), dan agar kami
ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (Qs 12 : 19 – 21)
Lelaki yang membeli
Nabi Yusuf as bukanlah sembarang orang tetapi ia seorang yang pembesar penting
yang termasuk seseorang yang berasal dari pemerintah yang berkuasa di Mesir. Ia
adalah seorang menteri di antara menteri-menteri raja yaitu ketua menteri yang
bernama Al Aziz. ( Bersambung ke kisah
nabi Yusuf dan Zulaikha ).