Perang Badar merupakan puncak pertikaian
antara kaum muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini
disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang
dilakukan oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus
berupaya menghancurkan kaum muslim agar perniagaan dan sesembahan mereka
terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan
gemilang. Tiga tokoh Quraisy yang terlibat dalam Perang Badar adalah Utbah bin
Rabi"ah, al-Walid dan Syaibah. Ketiganya tewas di tangan tokoh muslim
seperti Ali bin Abi Thalib. Ubaidah bin Haris dan Hamzah bin Abdul Muthalib.
adapun di pihak muslim Ubaidah bin Haris meninggal karena terluka.
Perang
Badar terjadi di Lembah Badar, 125 km selatan Madinah. menurut riwayat Abu Ishaq, Rasulullah keluar bersama
314 orang sahabatnya pada suatu malam di bulan Ramadhan (17 Ramadan
2 H) dengan membawa 70 ekor unta. Setiap unta ditunggangi secara
bergantian oleh dua atau tiga orang. Kaum muslimin tidak mengetahui
keberangkatan bala bantuan Quraisy yang keluar dari Mekah dengan tujuan perang.
Pada saat itu, Abu Sofyan berhasil lolos menyusuri mata air Badar dengan
melewati jalanan panjang menuju Mekah.
Rasulullah SAW beserta para sahabat berjalan menuju
Badar dan langsung mengambil posisi yang menguntungkan. Setelah orang-orang
musyrik muncul dan kedua pihak saling melihat, beliau berdiri memohon
pertolongan kepada Allah, diikuti sahabat lainnya dengan penuh ikhlas dan
rendah diri di hadapanNya. Ketika dua pasukan semakin mendekat, Rasulullah
berdiri di tengah kaum muslimin untuk menyampaikan nasihat dan mengingatkan
kemenangan yang tak akan lama lagi diraih. Beliau juga mengabarkan, bahwa Allah
menjanjikan masuk surga, bagi siapapun yang syahid di jalanNya.
Pada peperangan ini, diriwayatkan bahwa Rasulullah senantiasa terus
memperbanyak doa, dengan penuh ketundukan dan khusyu’, sehingga Abu Bakar iba
melihat beliau seraya berkata “Ya Rasulullah, demi diriku yang berada di
tanganNya, bergembiralah! Sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi janjiNya
kepadaMu.” Salah satu dari doa beliau, “Ya Allah, inilah orang-orang Quraisy
yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya untuk mendustakan RasulMu. Ya
Allah, tunaikanlah kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah,
kalahkan mereka esok hari…”
Pertempuran dimulai pada pagi hari tahun kedua hijriyah. Rasulullah mengambil
seganggam krikil dan melemparakannya ke arah kaum musyrik seraya berkata,
“Hancurlah wajah-wajah mereka!” sehingga menimpa mata semua pasukan Quraisy.
Allah pun mendukung kaum mukmin dengan bala bantuan berupa Malaikat. Akhirnya,
kemenangan besar diraih kaum muslimin. Ada 70 musyrikin yang terbunuh dan 70
orang yang tertawan, sedangkan ada 14 orang dari kaum mukminin yang mengapai
syahid. Tiga tokoh
Quraisy yang terlibat dalam Perang Badar adalah Utbah bin Rabi"ah,
al-Walid dan Syaibah. Ketiganya tewas di tangan tokoh muslim seperti Ali bin
Abi Thalib. Ubaidah bin Haris dan Hamzah bin Abdul Muthalib. adapun di pihak
muslim Ubaidah bin Haris meninggal karena terluka.
Bentuk Pertolongan Allah Dalam Perang Badar
Sesungguhnya betapa banyak dan besarnya pertolongan
yang Allah berikan bagi pasukan Rasulullah Saw. dalam perang Badar. Betapa
janji Allah selalu benar, bahwa Allah Swt. pasti akan menolong hambaNya yang
menolong agamaNya. Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang menyertai
orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia bersandingan
dengan iman. Berikut adalah beberapa hal yang menyokong kemenangan yang diraih
kaum muslimin.
Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang menyertai
orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia bersandingan
dengan iman
1. Pasukan Malaikat
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa ketika seorang
sahabat mengejar dengan gigih seorang musyrik yang ada di depannya, tiba-tiba
ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang menghentakkan
kudanya. Lalu sahabta tersebut melihat orang musyrik itu jatuh tewas terkapar
dengan keadaan hidung dan wajahnya terluka berat akibat pukulan keras. Hal
tersebut ia ceritaka kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Kau benar, itu
adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” (H.R.Bukhari dan Muslim)
Kemenangan pada perang Badar menjadi pesta di kalangan para malaikat karena
peristiwa ini adalah pertama kalinya mereka diizinkan terjun ke gelanggang
perang di bawah komando Jibril dengan seribu pasukan malaikat pilihan.
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepadamu bala
bantuan dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Q.S.An Anfal:9)
Para Malaikat yang terlibat dalam Perang Badar memiliki kemuliaan di antara
semua malaikat. Rafi’ah bin Rafi’ Az Zarqi mengatakan, “Jibril berkata kepada
Nabi SAW dan berkata: Bagaimana kalian menganggap veteran Badar di antara
kalian? Rasulullah manjawab: Termasuk muslimin yang paling mulia. Jibril
berkata: demikian pula malaikat yang mengikuti perang Badar.”
2. Allah Meneguhkan Hati
“Dan Allah tidak menjadikan (bantuan bala tentara
malaikat itu) melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram
karenanya. Dan kemenangan itu hanya dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa Maha Perkasa. (Q.S.Al Anfal:10)
3. Rasa Kantuk dan Turunnya Hujan
“Sesungguhnya Allah manjadikan kamu mengantuk sebagai
suatu penentraman dariNya dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
membersihkanmu. Karena dengan air hujan itu, Allah Swt. menghilangkan gangguan
syetan darimu dan menguatkan hatimu serta memperteguh kedudukanmu.”
(Q.S.Al Anfal:11)
Rasa kantuk yang melanda para mujahid Badar merupakan salah satu nikmat.
Mengapa demikian? Karena situasi perang tidak kondusif untuk tidur, guna
mengembalikan energi, maka rasa kantuk menjadi suatu terapi dari suasana yang
tegang dan mencekam. Karena malam hari bagi kaum musyrikin adalah untuk
bersenang-senang, sementara kaum mslimin dikaruniakan rasa kantuk sebagai
rangsangan tidur untuk memulihkan kembali tenaga.
Saat itu pun turun hujan baik di tempat kaum muslim
maupun kafir. Hal ini berdampak nikmat bagi kaum muslim tetapi menjadi siksaan
dan kendala bagi kaum kafir. Contohnya, tanah kaum muslim menjadi padat dan
tidak berdebu sehingga menjadi kokoh diinjak dan tidak mengganggu pandangan.
Hujan menjadi salah satu bantuan dalam bentuk rahmat yang Allah Swt. turunkan
kepada kaum mu’minin dalam pertempuran Badar itu, selain jundun min
jundillah atau tentara Allah, seperti para malaikat yang Allah turunkan untuk
mengacaukan pasukan kaum Musyrikin.
Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari, bahwa
masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang
sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan umat Islam memiliki kebebasan
menjalankan Syari’atnya di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir
beramai-ramai dari Kota Makkah. Dari itu, umat Islam pun mempersiapkan
segalanya.
Di Kota Madinah kaum Muslimin mempersiapkan diri
dengan membangun kekuatan dengan cara selalu berlatih berperang, agar mereka
tidak lagi dilecehkan orang-orang musyrik dan juga kabilah-kabila Yahudi. Sadar
akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Hal ini menggetarkan musuh,
sehingga musuh tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Bahkan dengan
kekuatan yang dimiliki kaum muslimin ini, masyarakat Quraisy paham bahwa
orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan dan penindasannya,
bukan lagi pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah
menjadi satu komunitas yang kuat, dan mampu menggetarkan mereka. Dari itu
pasukun Rasululah patut diperhitungkan.
Latihan dan Persiapan Berkala
Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan
mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara
berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan
peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat
antara lain:
1. Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul
Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin.
Pasukan ini ditugaskan berpatroli mengawasi wilayah dari penyelusupan kaum
Musyrikin, hingga meliwati daerah Al-‘Iish di tepi laut.
2. Pasukan yang dipimpin oleh ‘Ubaidah bin Harits. Mereka
sebanyak 60 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah
Raabigh.
3. Pasukan yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash,
dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang
jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.
4. Perang Wuddan. Pasukan yang langsung di bawah pimpinan
Rasulullah saw. berjumlah 200 orang penunggang kuda, onta dan pejalan
kaki, berjalan memantau wilayah kekuasaan hingga daerah Wuddan. Dalam
menjalankan tugas pengawasan wilayah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah
terjadi Peperangan Wudan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan
perjanjian dengan Bani Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk
membangun sebuah aliansi dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur
yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.
5. Perang ‘Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan
sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah
saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin
di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan
kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara
Kota Makkah dan Madinah.
6. Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan
sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah
saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa
ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk
menekan kegiatan perdagangan mereka.
7. Pasukan di bawah pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy.
Pengintaian berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu,
‘Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk
tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan
perjalanan. Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, ”Jika engkau
telah membaca surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah
pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan
gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.” Abdullah
segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah
kafilah Quraisy lewat dan langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada
peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara lain ‘Amr bin Hadhrami,
sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin,
namun yang keempat berhasil melarikan diri.
8. Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan
para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak
lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah
pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang
pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan
kambing milik kaum muslimin. Rasulullah Saw. pun segera bergerak untuk mengusir
agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin
yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan
Rasulullah Saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan
Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga
mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.
Latar Belakang Perang Badar Kubra
Perang Badar
yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa
sebab, di antaranya:
1.
Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah
Genderang
perang terhadap kaum muslimin, sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang
musyrikin sejak Rasulullah Saw. menyampaikan risalah dakwah. Mereka telah melakukan
penyiksaan terhadap kaum muslimian dan merampas harta benda para sahabat nabi
di kota Makkah. Perlakukan mereka terhadap orang-orang Muhajirin tidak lagi
mengenal prikemanusiaan. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin. Orang
Islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah Swt. Kita dapat
melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta
benda Shuhaib sebagai imbalannya, Shuhaib diizinkan untuk berhijrah ke Madinah.
Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan
peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya. Dan kejadian 15 abad
yang lalu tak ubahnya seperti yang sedang mereka lakukan di Palestina,
Afganistan, Irak dan negara-negara Islam lainnya.
2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah
Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam, ternyata tidak hanya
ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bawah pimpinan Kurz bin Habbab
Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror,
dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah
(sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah
sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan
dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar,
bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke
tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki
pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan,
menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang
berhati durjana tidak menyukainya.
3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy
Oleh karena
itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin
oleh Abu Sufyan bin Harb dan ‘Amr bin Al-‘Ash bersama 40 orang bergerak dari
Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor
unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk bergerak
mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, ”Ini adalah perdagangan Quraisy.
Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian.”
Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang
lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu
Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena
beliau mengatakan, ”Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka
hendaklah ia ikut bersama kami.” Beliau tidak menunggu sahabat yang
tunggangannya tidak ada pada saat itu.
Hasil Perang Badar
Perang Badar
(dengan seluruh hasil yang ia torehkan bagi sejarah harakah Islamiah maupun
sejarah umat manusia seluruhnya) telah menjadi sebuah pelajaran yang sangat
jelas sekali bagi harakah Islamiah maupun bagi perjalanan sejarah ke depan.
Allah swt. menyebut hari itu dengan nama “yaumul furqan yaum iltaqa al-jam’an”
atau hari pembeda, hari dimana dua kekuatan bertemu. Peperangan ini sendiri
memberikan beberapa buah hasil penting antara lain:
1. Perang Badar merupakan pembatas di antara dua ikatan dan
menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kekuatan umat Islam semakin
kuat sehingga dataran Arab pun turut memperhitungkannya. Kebenaran muncul di
permukaan dengan rambu-rambu akidah dan prinsip-prinsip dasar yang dibawanya.
2. Tergoncangnya kedudukan Quraisy di mata orang Arab serta
kegalauan penduduk Makkah di hadapan tamparan yang tak diduga tersebut.
3. Tampilnya umat Islam sebagai sebuah kekuatan yang
memiliki arti dan pengaruh. Hal ini menyebabkan banyak kabilah yang tinggal di
sepanjang jalur Makkah dan Syam membuat perjanjian kesepakatan dengan mereka.
Dengan demikian kaum muslimin sudah berhasil menguasai jalur tersebut.
4. Sebelum Perang Badar meletus, kaum muslimin
mengkhawatirkan keberadaan orang-orang non muslim yang tinggal di kota Madinah.
Namun setelah mereka kembali ternyata kenyataannya justru sebaliknya.
5. Semakin bertambahnya kebencian orang-orang Yahudi terhadap
umat Islam. Sebagian mereka mulai menunjukkan permusuhannya secara
terang-terangan. Sementara yang lainnya menjadi agen yang membawa berita
seputar perihal kaum muslimin kepada orang-orang Quraisy serta memprovokasi
mereka untuk menyerang umat Islam.
6. Aktivitas perdagangan Quraisy menjadi semakin sempit.
Akhirnya mereka terpaksa menapaki jalur Irak melalui Najd karena takut apabila
dikuasai oleh orang-orang islam. Dan jalur ini merupakan jalur yang panjang.
7. Pada Perang Badar, 14 orang dari kalangan umat Islam gugur
sebagai syuhada; 6 orang dari kalangan Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar.
Sementara dari pihak orang musyrikin tewas sebanyak 70 orang dan 70 orang lagi
berhasil ditawan. Kebanyakan dari mereka adalah pemuka dan pembesar Quraisy.