Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan
bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman kepada bapa
saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu
mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil
dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang
singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat
yang disediakan . Akhirnya Kerja sama antara Ibrahim-Luth dipecah dan binatang
ternak serta harta milik perusahaan mereka di bagi dan berpisahlah Luth dengan
Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak
mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab.
Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian
dan perampasan harta milik merupakan kejadian sehari-hari di mana yang kuat
menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan
sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup
mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di
kalangan wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam
masyarakat sadum hingga menjadi tradisi dan kebudayaan.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oleh
mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah
barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya
tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka
tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan
menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu
seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa runtuhnya moral dan sedemikian
parahnya penyakit sosial, hingga diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan
Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan
kesesatan serta membawa mereka kealam yang bersih ,bermoral dan berakhlak
mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah
meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan
kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada
mereka bahawa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka serta tidak
meridhoi perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan
tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi
ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal
soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan
mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Allah SWT berfirman:
"Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth,
berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku." (QS. asy-Syu'ara: 160-163)
Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth berdakwah kepada
kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada Allah SWT yang
tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan kejahatan dan
kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras dan jiwa yang
sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.
Kaum Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh
penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama teman serta
berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka ditambah dengan
kejahatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan
potensi kemanusiaan mereka dan daya kreativiti yang ada dalam diri mereka.
Yaitu kejahatan yang belum pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di
mana mereka berhubungan seks dengan sesama kaum lelaki (homo seks).
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia
berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan keji itu
sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi)
nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak
dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. an-Naml: 54-55)
Nabi Luth menyampaikan dakwah kepada mereka dengan penuh ketulusan dan kejujuran,
namun apa gerangan jawaban dari kaumnya:
“ Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth
beserta keluarganya dari negerimu; kerana sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang (mendakwahkan dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut dipuji menjadi sesuatu yang tercela
yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan. Tampak bahwa jiwa kaum Nabi Luth
benar-benar sakit dan mereka justru menganiaya diri mereka sendiri serta
bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya, kaum lelaki cenderung kepada
sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada wanita. Sungguh aneh ketika
mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai kejahatan yang harus
disamakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru menolak obat dan
memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat hati beliau bersedih. Mereka
melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat mereka. Ketika
mereka melihat seorang asing atau seorang musafir atau seorang tamu yang
memasuki kota, maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi Luth,
"sambutlah tamu- tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum
lelaki." Mulailah perilaku mereka yang keji itu terkenal.
Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang besar. Nabi Luth mengemukakan
argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun berlalu,
dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang pun yang mengikutinya dan
tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya, bahkan keluarganya pun tidak
beriman semuanya. Isteri Nabi Luth kafir seperti isteri Nabi Nuh:
"Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-
orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang soleh di
antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua
suaminya, maka kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari
(siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama
orang-orang yang masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika rumah adalah tempat istirahat yang di dalamnya seseorang mendapatkan ketenangan,
maka Nabi Luth tersiksa, baik di luar rumah maupun di dalamnya. Kehidupan Nabi
Luth dipenuhi dengan mata rantai penderitaan yang keras namun beliau tetap
sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun demi tahun tetapi tak seorang pun yang
beriman kepadanya, bahkan mereka mulai mengejek ajarannya dan mengatakan apa
saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang- arang
yang benar." (QS. al-'Ankabut: 29)
Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus asa kepada mereka dan ia
berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan menghancurkan orang- orang yang
membuat kerusakan. Akhirnya, para malaikat keluar dari tempat Nabi Ibrahim
menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat Ashar. Mereka mencapai pagar-pagar
Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman yang
hijau.
Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth berdiri sedang memenuhi tempat
airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat wajahnya sehingga menyaksikan mereka.
Ia tampak keheranan melihat kaum lelaki yang memiliki ketampanan yang
mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya kepada anak kecil itu: "Wahai
anak perempuan, apakah ada rumah di sini?" Ia berkata (saat itu ia
mengingat kaumnya), "Hendaklah kalian tetap di situ sehingga aku
memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada kalian." Ia meninggalkan
wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju ayahnya.
"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin menemuimu di pintu kota. Aku
belum pernah melihat wajah-wajah seperti mereka," kata anak itu dengan
nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya sendiri: Ini adalah hari yang
dahsyat. Beliau segera berlari menuju tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat
mereka, beliau merasakan keheranan yang luar biasa. Beliau berkata: "Ini
adalah hari yang dahsyat." Beliau bertanya kepada mereka: "Dari mana
mereka datang dan apa tujuan mereka?" Mereka malah terdiam dan justru
memintanya untuk menjamu mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka,
kemudian beliau berjalan di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil
menoleh kepada mereka dan berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih
keji di muka bumi ini selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan
demikian dengan maksud agar mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di
negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Luth dan mereka tidak
memberikan komentar atasnya.
Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan beliau selalu berusaha untuk
mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth memberitahu mereka bahawa
penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan tamu-tamu mereka. Di samping itu,
mereka juga membuat kerusakan di muka bumi dan seringkali terjadi pertentangan
di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut dimaksudkan agar para tamunya
membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya tanpa harus melukai perasaan
mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada tamu. Nabi Luth berusaha dan
mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan perjalanannya tanpa harus mampir
di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat mengherankan. Mereka tetap berjalan
dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth melihat tekad mereka untuk tetap bermalam
di kota, beliau meminta kepada mereka untuk tinggal di suatu kebun sehingga
datang waktu Maghrib dan kegelapan menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth
sangat bersedih dan dadanya menjadi sempit. kerana rasa takutnya dan
penderitaannya sehingga ia lupa untuk memberi mereka makanan. Kegelapan mulai
menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga tamunya itu berjalan menuju rumahnya.
Tak seorang pun dari penduduk kota yang melihat mereka. Namun isterinya melihat
mereka sehingga ia keluar menuju kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang
dilihatnya. Kemudian tersebarlah berita dengan begitu cepat dan selanjutnya
kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT berfirman:
"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada
Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya kerana kedatangan mereka, dan
dia berkata: 'Ini adalah hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya
dengan bergesa-gesa. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan
yang keji." (QS. Hud: 77-78)
Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum Nabi Luth bergegas menuju
padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri: "Siapa gerangan yang
memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk
mencari isterinya namun ia tidak menemuinya. Maka bertambahlah kesedihan Nabi
Luth.
Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah. Nabi Luth keluar kepada mereka
dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka diajak berfikir secara sehat?
Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan fitrah yang sehat? Bagaimana
seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan yang sehat terhadap jenis lain
yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah di dalam rumah mereka terdapat
kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi kecenderungan mereka, bukan
malah mereka cenderung kepada sesama lelaki.
"Dia berkata: 'Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka
lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan
(nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang
berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah puteri-puteri (negeriku)." Apa yang dimaksud dengan
pernyataan tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada mereka: "Di hadapan
kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih suci bagi kalian dalam
bentuk kesucian jiwa dan fizik. Ketika kalian cenderung kepada mereka, maka
kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang sehat."
"Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth berusaha menjamah
jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi fitrah. Bertakwalah
kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa Allah SWT mendengar dan melihat serta akan
murka dan menyiksa orang-orang yang derhaka. Seharusnya orang yang berakal
sehat menghindari murka- Nya.
"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku terhadap tamuku ini."
Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencoba menggugah kemuliaan dan tradisi
mereka sebagai orang Badwi yang harus menghormati tamu, bukan malah
menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" Tidakkah
di antara kalian terdapat orang yang mempunyai fikiran yang sehat? Tidakkah di
antara kalian terdapat laki-laki yang berakal? Apa yang kalian inginkan jika
memang terwujud, maka itu hakikat kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi
kalian untuk mengetahui kebenaran. Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas
kebenarannya jika kalian memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri."
Kaumnya menunggu hingga beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka
tertawa terbahak-bahak. Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak mampu mengubah
pendirian jiwa yang sakit, hati yang beku, dan fikiran yang bodoh:
"Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu
mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah tampak dengan jelas bahawa kebenaran tersembunyi di balik
pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia semuanya. Mereka tidak
mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan kerana dunia mengetahuinya dan
selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang buruk pada perbuatan yang
buruk.
Nabi Luth merasakan kesedihan dan kelemahannya di tengah-tengah kaumnya.
Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri
mendengarkan tertawa dan celaan serta pukulan terhadap pintu rumahnya.
Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu oleh Nabi Luth tampak duduk dalam
keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth merasakan keheranan dalam dirinya ketika
melihat ketenangan mereka. Dan pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu
semakin kencang. Mulailah kayu-kayu pintu itu tampak rusak dan lemah, lalu Nabi
Luth berteriak dalam keadaan kesal:
"Luth berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu)
atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku
lakukan).'" (QS. Hud: 80)
Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan sehingga dapat melindungi para
tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat benteng yang kuat yang dapat
melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di dalamnya para nabi dan
kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal itu, Rasulullah berkata
saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan rahmat atas Nabi Luth.
Ia berlindung pada benteng yang kukuh." Ketika penderitaan mencapai
puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang terbang laksana burung
yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba bangkit. Mereka
memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah benteng yang
kuat:
"Para utusan (malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu
kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan takut. Kami adalah para
malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu. Tiba-tiba pintu terbelah.
Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya secara cepat sehingga kaum itu
kehilangan matanya. Lalu mereka tampak serampangan di dalam dinding dan mereka
keluar dari rumah dan mereka mengira bahawa mereka memasukinya. Jibril as
menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya
(kepada mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang
kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan memerintahkan kepadanya untuk
membawa keluarganya di tengah malam dan keluar. Mereka mendengar suara yang
sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung. Siksa apa ini? Ini adalah siksa
dari bentuk yang aneh. Para malaikat memberitahunya bahawa isterinya termasuk
orang-orang yang menentangnya. isterinya adalah seorang kafir seperti mereka,
sehingga jika turun azab kepada mereka, maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah wahai Luth kerana keputusan Tuhanmu telah ditetapkan. Nabi Luth
bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang akan turun azab kepada
mereka?" Para malaikat memberitahunya bahwa mereka akan terkena azab pada
waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir
malam dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali
isterimu Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka kerana
sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah
subuh itu sudah dekat?" (QS. Hud: 81)
Nabi Luth keluar bersama anak-anak perempuannya dan isterinya. Mereka
keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh. Kemudian datanglah perintah
Allah SWT:
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang
di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah
yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan
itu tiadalah jauh dari orang- orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)
Para ulama berkata: "Jibril menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh
kota mereka. Jibril mengangkat semuanya ke langit sehingga para malaikat
mendengar suara ayam-ayam mereka dan gonggongan anjing mereka. Jibril
membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya ke bumi. Saat terjadi kehancuran,
langit menghujani mereka dengan batu- batu dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu
yang keras dan kuat yang datang silih berganti. Neraka Jahim terus menghujani
mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah semuanya. Tiada seorang pun di sana.
Semua kota- kota hancur dan ditelan bumi sehingga terpancarlah air dari bumi.
Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar
suara-suara yang mengerikan. isterinya melihat sumber suara dan dia pun
musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri
kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah
dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu
tanda bagi orang-orang yang takut kepada seksa yang pedih. " (QS.
adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih
tetap (dilalui manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui
(bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak
memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata:
"bahawa kota-kota yang tujuh menjadi danau yang aneh di mana airnya asin
dan deras airnya lebih besar dari derasnya air laut yang asin. Dan di dalam
danau ini terdapat batu-batu terbang yang mencair. Ini mengisyaratkan bahawa
batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth menyerupai butiran-butiran api
yang menyala. Ada yang mengatakan bahwa danau yang sekarang bernama al-Bahrul
Mayit yang terletak di Palestina adalah kota-kota kaum Nabi Luth."
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi. Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi
Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang kaumnya. Beliau heran ketika
mendengar bahawa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya. Nabi Luth terus melanjutkan
misi dakwahnya di jalan Allah s.w.t seperti Nabi Ibrahim. Mereka berdua tetap
menyebarkan Islam di muka bumi.
Ooo******Ooo
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah
diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah
"Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat
77 sehingga ayat 83 , surah "Al- Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah
"At-Tahrim" ayat 10 yang mengisahkan isteri Nabi Luth yang
mengkhianati suaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar