Suatu hari seorang pemimpin Basrah memetik
satu pelajaran dari seorang tukang cuci. Dari Hamba sahaya itu, Raja Abdullah
belajar menjadi manusia yang ikhlas dan dermawan.
Suatu
saat, sayidina Abdullah bin Syekh Alaydrus, raja dari Basrah, Irak diberitahu
bahwa ada seorang tukang cuci yang hatinya lebih murah dan dermawan dari
padanya. Mendengar hal itu, ego si Raja Basrah ini tersentil. Ia penasaran dan
ingin tahu sekali bagaimana akhlak Ahmad.
“
Selamat Malam wahai Hamba Allah, aku seorang Syarifah Alawiyah. Aku butuh
sesuatu darimu,” kata Abdullah yang saat itu menyamar sebagai wanita.
“
Selamat datang wahai Syarifah, silahkan duduk. Ya Sayyidati, apakah
kebutuhanmu, mintalah semua yang kau butuhkan. Aku akan berusaha membantumu
kata Ahmad.
“ Aku
adalah seorang Syarifah yang miskin. Anakku banyak, aku tidak memiliki ayah,
saudara, maupun Suami. Besok hari raya, tapi kami tak memiliki apa-apa. Aku
butuh beras untuk makan,” pinta Abdullah. Kebetulan malam itu adalah malam hari
raya Idul Adha.
Ahmad
lalu memberikan dua karung makanan dan dua karung beras. Abdullah tidak membawa
barang itu pulang ke rumah, tapi ia pergi ke belakang rumah Ahmad, lalu
meletakkan makanan dan beras tersebut di sana. Abdullah menunggu hingga Ahmad
tidur.
Meminta Bantuan
Setelah
Ahmad tertidur, ia kembali ke rumahnya dan mengetuk pintunya. “ Siapa?” tanya
Ahmad.
“Aku
syarifah yang tadi datang ke sini. Aku masih ada kebutuhan yang lupa ku
sampaikan kepadamu. Aku lupa, kami berempat di rumah tidak memiliki pakaian.
Aku butuh pakaian,” kata Abdullah.
“
Baiklah, tunggu sebentar,” katanya seraya bergegas mengambilkan empat pakaian
yang telah dicelup dan bergambar. Luar biasa pakaian-pakaian itu berkualitas
tinggi dan termasuk pakaian terbaik bagi wanita zaman itu.
Abdullah
membawa pakaian tersebut ke belakang rumah Ahmad dan meletakkannya ditempat
yang sama. Ia mulai takjub dengan kebaikan akhlak Ahmad. Setelah merasa yakin
bahwa Ahmad telah tidur pulas, Abdullah kembali kerumahnya untuk ketiga
kalinya. Abdullah mengetuk pintu, dan Ahmadpun bangun serta bertanya. “
Siapakah yang diluar ?”
“
Syarifah yang tadi datang ke sini. Aku lupa, masih ada satu kebutuhan lagi yang
belum aku sampaikan kepadamu. Aku butuh daging untuk hari raya besok, tetapi
kami tidak memiliki sesuatupun,” pinta Abdullah.
“
Demi Allah, dirumah ini tidak ada sesuatu pun, kecuali satu kepala kambing
untuk hari raya anak-anak. Kalau begitu ambillah kepala kambing ini dan berhari
rayalah dengan anak-anakmu,” kata Ahmad pelan.
Kagum
Setelah
menerima Kepala kambing itu, Abdullah membawa pergi dan kembali meletakkannya
di belakang rumah Ahmad. Abdullah terheran-heran menyaksikan akhlak Ahmad.
Abdullah diam di sana beberapa saat. Setelah merasa yakin bahwa Ahmad telah
tertidur pulas, ia segera kembali ke rumah Ahmad untuk kesekian kalinya. Ia
ingin melihat sedikit saja perubahan dari sikap Ahmad, walaupun hanya perubahan
raut wajahnya.
Abdullah
kembali mengetuk pintu rumah Ahmad.
“
Selamat datang, ya Sayyidati. Adakah sesuatu yang kau butuhkan lagi? ” kata
Ahmad.
“ Aku
butuh seseorang untuk membawakan semua yang kau berikan kepadaku. Lihatlah
semua yang kau berikan kuletakkan dibelakang rumahmu. Aku tidak kuat membawanya
ke rumahku,” pinta Abdullah.
“
Baiklah, mari aku bantu mengantarkan barang-barang itu,”Jawab Ahmad.
Dengan
cepat Ahmad membangunkan istri,anak, dan pembantunya. Mereka diperintahkannya
membawa barang-barang itu.
“ Ya
Sayyidati, jalanlah lebih dahulu agar kami dapat mengikutimu,” kata Ahmad.
Rupanya
sang raja ingin melihat lelaki itu marah, namun sedikitpun sikapnya tidak
berubah hingga Abdullah sendiri merasa kelelahan.
“
Sungguh beruntung kamu sungguh beruntung, kuucapkan selamat atas akhlakmu yang
luhur ini. Demi Allah, kau seorang dermawan sejati, lebih murah hati dariku.
Aku bukanlah seorang wanita. Aku adalah Abdullah bin syekh alaydrus. Tidak ada
seorang manusia pun akan mampu berperilaku dengan akhlak yang luhur ini,
Maafkan aku. Aku berjanji, mulai hari ini aku beramal dengan ikhlas dan tidak
riya lagi,” Kata raja Abdullah sambil menangis.
oooOOOooo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar