Siti Hawa
melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama “Iqlima”, kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi
nama “Lubuda”.
Sebagai orang
tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu
dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya
dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari
keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak
untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah di
bebankan ke atas bahunya.
Di bawah asuhan
ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka tumbuh besarlah
keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak
masa remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya
mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita, sedang
yang laki-laki menempuh jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi
keperluan hidupnya. Qabil berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.
Kehidupan
sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan sempurna diliputi rasa kasih sayang
saling cinta mencintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya
dalam kedudukan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si
isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara
keempat bersaudara berlaku dalam harmoni, damai dan tenang saling bantu
membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.
Memasuki masa Remaja.
Hingga pada
akhirnya keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil
baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin
makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi
pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan
syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin
yang bebas di antara putera-puterinya.
Allahpun memberi
ilham dan petunjuk kepada nabi Adam agar puteranya dikahwinkan dengan puterinya
secara silang. Qabil dikahwinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan
Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.
Nabi Adam kemudian
menyampaikan petunjuk Allah tersebut kepada kedua puteranya sebagai keputusan
si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan
mengekalkan suasana damai dan tenang dalam keluarga dan rumahtangga mereka
kelak. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka putusan tersebut ditolak
mentah-mentah oleh Qabil dan mengatakan bahwa dirinya tidak mau mengawini
Lubuda, adik Habil dengan alasan Lubuda berpasar buruk tidak secantik adiknya
sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahwa ia lebih pantas mempersunting adiknya
sendiri Iqlima sebagai isteri. Dia bahkan tidak rela menyerahkan Iqlima untuk dinikahi oleh
Habil.
Itulah
awal mula kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan
rebutan lelaki yang seringkali menjuruskan pada pertentangan dan permusuhan hingga
mengakibatkan hilangnya nyawa serta timbulnya rasa dendam maupun dengki.
Karena Qabil tetap
keras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya, dan meminta agar dinikahkan
dengan kembarnya sendiri Iqlima, maka Nabi Adam sebagai orang tua bersikap
bijaksana. Agara tak menimbulkan kekerasan
dan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai dalam keluarga
beliau mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk
menentukannya. Caranya dengan menyerahkan korban kepada Tuhan, barang siapa di
antara keduanya yang diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan
jodohnya.
Qabil dan Habil
menerima penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali
membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang
dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak bahkan cenderung busuk. Kemudian mereka meletakkan korban
kambing dan juga sekarung gandum tersebut diatas sebuah bukit dan mereka
kemudian menyaksikan dari jauh korban siapa yang diterima oleh Allah SWT.
Dengan disaksikan
oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang
akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api
besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang
seketika itu musnah termakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil
tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap utuh.
Maka dengan
demikian keluarlah Habil sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena korban
kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk
memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersunting
menjadi isterinya.
Pembunuhan Pertama
Pudar sudah harapan Qabil untuk mempersunting Iqlima, ia tidak
puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menentangnya. Ia akhirnya
menyerah dan menerima keputusan itu dengan rasa kesal dan marah. Hingga menyimpan dendam
terhadap Habil dan akan berusaha membunuhnya disaat ayahnya pergi. Ketika Nabi Adam
hendak berpergian meninggalkan rumah, beliau berpesan kepada Qabil agar menjaga
baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama kepergiannya. Ia berpesan pula agar
selalu rukun agar tidak merusak ketentraman dalam rumah tangga.
Qabil menerima
pesanan dan amanat ayahnya dan berjanji akan menjaga amanat ayahnya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil
namun dalam hatinya ia berkata bahwa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk
melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap
Habil saudaranya.
Tidak lama setelah
Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya
dan berkata: ”Aku datang ke mari untuk
membunuhmu inilah saat yang tepat untuk melenyapkanmu.”
“Apa
salahku , dan apa asalannya
engkau hendak membunuhku?” tanya Habil.
Qabil berkata: ” ini karena korbanmu diterima oleh Allah
sedangkan korbanku ditolak , sehingga engkaulah yang akan menikahi adikku
Iqlima yang cantik dan molek sedangkan aku harus menikahi adikmu yang buruk
rupa.”
Habil berkata:”apakah berdosaku kalau Allah lebih
menerima korbanku dari pada korbanmu? Bukankah engkau telah bersetuju dengan
keputusan ini? Janganlah terburu nafsu dan memenuhi ajakan syaitan wahai
saudaraku! fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahwa
Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan
dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Allah telah menolak
korbanmu karena engkau telah menyerahkan korban yang terburuk dan secara
terpaksa berbeda denganku korbanku sengaja kupilihkan dari yang terbaik dan
kuserahkna dengan tulus ikhlas. Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini
dan buanglah niat jahatmu yang telah dibisikkan Iblis kepadmu, musuh yang telah
menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga. Jika engkau tetap ingin membunuhku,
aku tidak akan melawan atau membalasmu, karena aku takut kepada Allah dan tidak
akan melakukan sesuatu yang tidak diridhoinya.Aku hanya berserah diri
kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku.”
Nasihat dan
kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan
keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang
penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada lagi di hatinya rasa
damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Iblis yang telah
mengendalikan Qobil tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang
mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dilakukannya terhadap saudaranya. Bila
api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai padam dikipasinya kembali oleh
Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bimbang tidak tahu dengan cara
apa ia membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung kemudian
dipukulnya kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis
itu diterapkannya atas diri Habil dirinya tertidur dengan nyenyaknya. Akhirnya matilah Habil sebagai korban
keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama
dalam sejarah manusia
Penguburan Jenazah Habil.
Qabil merasa
gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus
diperbuat mayat saudaranya yang semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di
sebuah peti dan dipikulnya seraya mundar-mundir seraya menghalau burung-burung
sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.
Namun, Kebingungan
dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh
yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah
saudaranya itu. Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela
melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian
rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak
menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah
mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi
kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pelajaran yang diberikan oleh burung
gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:”Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat
berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat
saudaraku ini?”
Kemudian kembalilah
Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya
yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabil:”Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang.”
Qabil menjawab:”Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku
bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi.”
Melihat sikap angkuh dan jawaban kasar Qabil, Adam dapat
menerka bahwa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh,
bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Akhirnya terbongkar juga
bahwa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu dirinya pergi.Ia sangat sedih
atas perbuatan Qabil yang kejam dan bengis yang tak punya rasa persaudaraan,
yang telah mengesampingkan ikatan darah dan hubungan keluarga sekadar untuk
memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah
itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah dan menerimanya sebagai takdir dan
kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan
kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar