Kerajaan
yang di pimpin oleh Raja Harun Ar Rasyid suatu ketika tengah marak terjadi
pencurian. Dan pihak kerajaan kesulitan menangkap pencuri itu. Beruntung ada
Abu Nawas yang dengan kecerdikannya bisa menyelesaikannya dengan sebuah
tongkat. Berikut kisahnya.
Seorang saudagar kaya raya merasa
kebingungan dengan aksi pencurian terhadap hartanya. Telah lebih dari seratus
keping uang emasnya hilang. Hakim pun juga telah berusaha keras dengan berbagai
cara, tetapi tidak juga berhasil menemukan pencuri tersebut. Karena merasa
putus asa, Saudagar kaya itu pun
mengadakan sayembara barang siapa yang berhasil menangkap serta menemukan
pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya atas uang emas yang dicurinya.
Siasat Abu Nawas
Karena tergiur
oleh hadiah yang dijanjikan, tidak sedikit orang yang berusaha mencoba
mengikuti sayembara tersebut, tetapi semuanya kandas dan pencuri tetap tak
diketahui. Hal itu membuat si pencuri bertambah besar kepala serta merasa aman
dan tentram, karena ia yakin jati dirinya tak akan diketahui. Yang lebih
menjengkelkan lagi ,ia berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini
bagaikan menangkap jin. Mereka mengetahui kita, sedangkan kita tidak mengetahui
mereka.
Lalu Raja Harun
Ar Rasyid pun memanggil Abu Nawas yang dikenal memiliki banyak siasat.
Akhirnya, Abu Nawas menemui Raja Harun. Sang raja menyuruh Abu Nawas untuk turut
andil dalam sayembara itu. Maka, ikutlah Abu Nawas menjadi peserta sayembara.
Hati pencuri itu berdebar tak karuan melihat keikut sertaan Abu Nawas. Ia sudah
menduga , pasti Abu Nawas akan menyiapakan suatu siasat untuk menemukan pencuri
uang emas itu yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
Keesokan harinya,
semua penduduk dusun diharuskan berkumpul didepan gedung pengadilan. Abu Nawas
hadir dengan membawa tongkat. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang,
tanpa berkata apa-apa, Abu Nawas membagikan tongkat yang dibawanya dari rumah.
Setelah masing-masing mendapat satu
tongkat, Abu Nawas berkata, “tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi,
kalian harus menyerahkan kembali tongkat yang telah aku bagikan. Jangan
kawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri yang selama ini menyembunyikan diri
akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang, pulanglah kalian”.
Memotong Tongkat
Orang –orang yang tidak merasa mencuri tentu tidak
mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri yang juga berada
didepan gedung pengadilan itu merasa ketakutan. Selama perjalanan pulang ke
rumahnya, Ia berpikir keras bagaimana agar bisa lolos dari siasat Abu Nawas
ini.
Hingga larut malam, ia tidak bisa
memejamkan mata, Ia terus berpikir apa yang harus di lakukan agar jati dirinya
tidak terbongkar. Menjelang Fajar, ia kemudian
memutuskan untuk memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk. Ia berpikir,
dengan begitu, tongkatnya akan tetap sama dan kelihatan seperti ukuran semula.
Pagi hari orang-orang
mulai berkumpul kembali di depan gedung pengadilan
sesuai pesan Abu Nawas. Pencuri itu pun dengan perasaan santai dan tenang
bergegas melangkah ke depan gedung pengadilan. Ia yakin tongkatnya tidak akan
bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. “ Bukankah
tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? “ gumamnya dalam
hati. Ia pun memuji kecerdikan dirinya sendiri, karena merasa telah berhasil mengelabuhi
Abu Nawas.
Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas
memeriksa tongkat-tongkat yang dibagaikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba,
Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu
jari telunjuk.
Abu Nawas sudah
menduga bahwa pencuri itu akan panik dan tanpa mengukur kembali tongkat yang ia
berikan, ia pasti akan melakukan pemotongan pada tongkatnya, karena ia takut tongkatnya
akan bertambah panjang.
Akhirnya pencuri itu tertangkap.
Pencuri itu pun diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping
lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap
bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si
pencuri, sebagian lagi ia bagikan untuk orang-orang miskin, dan sisanya untuk
keluarga Abu Nawas sendiri. Raja Harun pun puas dan memuji akan taktik dan
siasat Abu Nawas.
***********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar