Minggu, 26 Oktober 2014

Kisah Nabi Yusuf dipenjara hingga menjadi pembesar mesir



Dalam kisah terdahulu diceritakan Nabi Yusuf pernah diceburkan oleh para saudara ke dalam sumur karena rasa iri. Atas izin Allah SWT, Yusuf diselamatkan oleh sekumpulan musafir yang ingin mengambil air sumur untuk menghilangkan dahaga akibat menempuh perjalanan panjang. Musafir tersebut menjadikan Yusuf sebagai barang dagangan, dan menjualnya di Mesir. Kemudian Yusuf dibeli oleh salah satu menteri Mesir bernama Aziz dengan beberapa dirham saja.
Sesampainya di rumah, menteri tersebut bersama istrinya Zulaikha sepakat menjadikan Yusuf sebagai anak angkat. Sehari-hari Yusuf membantu Zulaikha membersihkan rumah. Keluarga Aziz  sudah menganggap Yusuf sebagai bagian dari keluarga sendiri. Memasuki usia dewasa, Allah SWT menganugerahi ketampanan dan keluasan ilmu pengetahuan. Karena ketampanan itulah, membuat Nabi Yusuf didera fitnah oleh Zulaikha sampai akhirnya Nabi Yusuf masuk penjara. Dalam perkembangannya, sang menteri menyadari jika semua yang dituduhkan kepada Nabi Yusuf adalah kebohongan. Namun, ketika diberi kebebasan oleh sang menteri, Nabi Yusuf lebih memilih tinggal di penjara untuk menjaga dirinya dari fitnah.

Di Penjara inilah Nabi Yusuf bertemu dengan kepala bagian minuman raja, Nabo, dan kepala bagian makanan raja, Malhab. Karena suatu kesalahan, keduanya harus mendekap dalam penjara bersama Nabi Yusuf.
Alasan kedua orang tersebut masuk ke dalam penjara karena tukang memberi minum raja dan tukang masak raja telah menerima perintah dari raja Roma dengan tugas memberi racun dalam makanan dan minuman raja Royyaan.

Tukang masak menerima perintah tersebut. Sementara itu tukang memberi air raja menolak tawaran raja Roma, dan melaporkan kepada raja tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh tukang masak. Namun tukang memberi air juga dimasukkan ke dalam penjara bersama dengan tukang masak tadi.
Mereka berada di penjara lebih kurang selama tiga hari. Di dalam penjara, mereka berdua melihat Nabi Yusuf a.s suka membuat penilaian tentang mimpi. Untuk mencoba kebenaran tafsiran atau penilaian Yusuf a.s mereka mengatakan seakan akan mereka bermimpi, padahal sesungguhnya mereka hanya berbohong.
Sebagian ulama mengatakan bahwa tukang memberi minum raja memang betul-betul bermimpi sedangkan tukang masak tidak bermimpi sama sekali. Tukang memberi minum raja berkata: “Aku bermimpi seakan-akan melihat ada tiga buah bekas atau mangkuk dari emas, aku memerah anggur dan memasukkan ke dalam bekas itu. Lalu aku buat khamar dan aku berikan kepada raja Royyaan.”
Tukang masak raja berkata pula: “Aku bermimpi seakan akan diriku sedang memikul satu bakul roti di atas kepalaku, dan burung-burung memakan roti tersebut.”Kemudian Nabi Yusuf as meramal mimpi keduanya. Beliau berkata: “Wahai kedua temanku, adapun salah seorang di antara kamu akan memberikan minuman untuk tuannya dengan khamar, adapun yang seorang lagi ia akan di salib.”
Setelah Nabi Yusuf a.s selesai meramalkan mimpi mereka, berkata salah seorang di antara mereka: “Sesungguhnya saya tidak bermimpi.’ Maka Nabi Yusuf menjawab: “ Telah aku ramal mimpimu dan bahkan telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT maksudnya:

“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua tanyakan kepadaku.”(Yusuf: 41)

Tidak beberapa lama setelah itu, maka pegawai-pegawai raja membawa tukang masak tersebut, kemudian mereka menyalibnya. Setelah tukang masak tersebut disalib, maka tinggallah tukang memberi minum raja di penjara selama tiga hari. Kemudian datang utusan raja membawanya keluar dari dalam penjara, dia diberi pakaian indah, lalu dibawa kepada raja dengan segala kehormatan.

Jibril Memberi Peringatan Kepada Nabi Yusuf As

Ketika tukang memberi minum raja tersebut keluar, Nabi Yusuf sempat berkata: “Jelaskanlah keadaanku ini kepada tuanmu.” KetikaYusuf berkata demikian, maka gunung-gunung pun bergoncang dan turunlah Jibril a.s serta berkata:
“Wahai Yusuf sesungguhnya Allah SWT bertanya kepadamu: Siapakah yang menjadikan rasa cinta di dalam hati Ya’kub terhadapmu?”

 Yusuf menjawab; “Tuhanku”.

Jibril bertanya: “ Siapakah yang menyelamatkan dirimu dari tipu daya saudara-saudaramu?”
 Yusuf menjawab; “Tuhanku.”

Jibril bertanya: “ Siapakah yang telah memeliharamu di dalam penjara?”

 Yusuf menjawab; “Tuhanku”.


Jibril bertanya lagi: “ Siapakah yang menjadikan rasa suka Zulaikha terhadapmu?”

Yusuf menjawab; “Tuhanku”.


Kemudian Jibril bertanya: “ Siapa pula yang telah menyelamatkan dirimu dari tipu daya Zulaikha?”

 Yusuf menjawab; “ Tuhanku.”

Selanjutnya Jibril berkata: “Wahai Yusuf, sesungguhnya Allah SWT telah membuat kebaikan ini untukmu. Maka di manakah engkau melihat tidak mempunyai Allah, sehingga engkau meminta pertolongan kepada yang lain? Wahai Yusuf, dulu bapakmu Ibrahim a.s tidak mau meminta tolong kepada Jibril ketika ia akan dilemparkan ke dalam api oleh Namruz.”
 Ketika itu aku berkata kepadanya: “Apakah engkau memerlukan pertolongan wahai Ibrahim?”  
Kemudian Ibrahim menjawab: “ Kepadamu, aku tidak meminta pertolongan.”
Begitu pula bapakmu Ismail, ia tidak meminta pertolongan apa pun kepada ayahnya Ibrahim, ketika ia akan dikorbankan. Namun ia hanya berkata: “Insya Allah engkau akan memperoleh aku termasuk golongan orang-orang yang sabar.”
“Tetapi engkau wahai Yusuf baru saja tiga hari berada di dalam penjara, sudah tidak sabar, sehingga engkau minta pertolongan kepada raja.”
Maka bersujudlah Nabi Yusuf a.s. kepada Allah SWT, dan menangis selama empat puluh hari. “Ya Allah, demi kehormatan bapakku Ibrahim a.s dan Ismail a.s dan Ishak a.s serta demi ayahku Ya’kub a.s kasihanilah aku dan ampunkanlah kesalahanku.”
Maka turunlah Jibrail a.s menemui Nabi Yusuf a.s dan berkata: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman: “Aku telah memaafkanmu, akan tetapi Allah beri engkau hukuman dengan tinggal di dalam penjara selama tujuh tahun lagi.”
Karena dianugeri mukjizat dari Allah, Nabi Yusuf dapat menerjemahkan mimpi mereka dengan tepat. Maka Nabi Yusuf terkenal sebagai penafsir mimpi yang handal di penjara. Sambil menerjemahkan mimpi mereka, Nabi Yusuf kemudian berdakwah kepada mereka mengajak untuk beriman kepada Allah SWT.
Mengurai Tafsir Mimpi Raja
Setelah beberapa tahun Nabi Yusuf tinggal di penjara, pada suatu malam raja Mesir bernama Amenhotep IV, bermimpi mengenai tujuh ekor sapi dan tujuh butir gandum. Allah SWT mengabadikan mimpi raja itu dalam surrah Yusuf ayat 43-44.
Raja gelisah dengan mimpinya tersebut, sehingga mengumpulkan  para pembesar, penasehat dan para hakim mesir yang sengaja diundang oleh Raja untuk membahas tentang mimpi yang sangat memusingkan dan menakutkan hatinya. Dalam mimpinya Ia seakan-akan melihat tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula tujuh butir gandum hijau disamping tujuh butir yang lain kering. Namun tak seorangpun dari para pembesar keraja'an yang di undang itu mampu meramal tentang mimpi Raja ,bahkan sebagian dari mereka menganggapkannya sebagai mimpi biasa atau bunga tidur ,dan menyarankan kepada Raja untuk melupakan saja mimpi itu dan membuangnya jauh-jauh di dalam fikirannya.
Siang malam raja memperintahkan kepada bawahannya untuk mencari orang pintar yang sanggup menafsirkan mimpinya tersebut. Hingga akhirnya Nabo teringat kepada Nabi Yusuf yang memiliki keahlian penafsir mimpi.
Ia lalu memberanikan diri menghadap sang Raja dan berkata:" Wahai Paduka Tuanku..! Hamba mempunyai seorang kenalan di dalam penjara yang pandai menafsirkan mimpi. Ia orang yang pintar, ramah dan berbudi pekerti luhur. Ia tidak berdosa dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia dipenjara hanya karena fitnah dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi tafsir mimpi hamba sewaktu hamba berada dalam penjara bersamanya dan ternyata apa yang di ramalnya mengenai mimpi hamba  tepat dan benar sesuai dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka berkenan, hamba akan pergi mengunjunginya di penjara untuk menanyakan  tentang  mimpi Paduka." Raja pun menyetujui usulan tersebut, berjalanlah Nabo ke penjara tempat Nabi Yusuf ditahan.
Setelah mendengar cerita mimpi raja, Nabi Yusuf lalu menguraikan tafsir tentang mimpi sang Raja:" Negara akan menghadapi masa makmur, subur selama tujuh tahun, yang mana tumbuh-tumbuhan dan semua tanaman gandum, padi dan sayur mayur akan mengalami masa panen yang baik dan membawa hasil bumi berlimpah-ruah, kemudian akan terjadi musim kemarau panjang selama tujuh tahun ,berikutnya dimana sungai Nil tak lagi mengalirkan air yang cukup untuk mengairi ladang-ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak diserang hama sedang persediaan bahan makanan, hasil panen di tahun-tahun sebelumnya sudah habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf melanjutkan keterangannya, setelah mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan akan turun dengan lebatnya menyirami bumi yang kering dan kembali menghijau ,hasil bumi melimpah ruah kembali  " Maka jika ramalanku ini menjadi kenyataan ," Nabi Yusuf berkata lebih lanjut," seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa yang dihasilkan dalam tahun-tahun subur, serta berhemat dalam pengguna'annya untuk persiapan menghadapi masa kering, agar supaya terhindar dari bencana kelaparan dan kesengsaraan." Setelah Raja mendengar penjelasan dari pelayan dan apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf tentang mimpinya, merasa sangat puas sangat masuk akal dan dapat dipercayai bahwa apa yang telah diramalkan oleh Yusuf akan menjadi kenyataan. Ia memperoleh kesan bahwa Yusuf yang telah memberi tafsir mimipi yang tepat itu adalah seorang yang pandai dan bijaksana dan akan sangat berguna bagi negara jika ia ditempatkan di istana menjadi penasihat dan pembantu kerajaan. Maka disuruhnya kembali si pelayan ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap kepadanya di istana.
Keluar Dari Penjara Dan Dianggkat Menjadi Petinggi Negara
Nabi Yusuf yang sudah cukup hidup menderita sebagai orang tahanan yang tak berdosa, dan ingin segera keluar dari penjara yang mencekam hatinya itu, namun ia enggan keluar dari penjara sebelum masalah dengan isteri menteri diluruskan terlebih dahulu dan sebelum tuduhan serta fitnahan yang di tuduhkan atas dirinya . Nabi Yusuf ingin keluar dari penjara sebagai orang yang suci bersih dan terbebas dari semua tuduhan ,fitnahan dan tipu-daya yang bertujuan menutupi dosa istri menterinya sendiri.
Raja Mesir yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan oleh kepiawaian mengurai arti mimpi secara rinci dan jelas, makin merasa hormat kepadanya, mendengar tuntutannya agar diselesaikan lebih dahulu soal tuduhan dan fitnahan yang dituduhkan atas dirinya sebelum ia dikeluarkan dari penjara. Hal ini menandakan kejujuran, kesucian hati dan kebesaran jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas dasar pengampunan tetapi ingin dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah serta tidak berdosa. Tuntutan Nabi Yusuf diterima oleh Raja Mesir dan segera dikeluarkan perintah mengumpulkan para wanita yang telah menghadiri jamuan makan di rumah Zulaikha dan yang ujung jari tangannya teriris ketika melihat Nabi Yusuf. Di hadapan Raja mereka menceritakan tentang apa yang terjadi  dalam jamuan makan itu ,serta percakapan dan yang mereka lakukan dengan Nabi Yusuf. Mereka menyatakan dan menerangkan tentang diri Nabi Yusuf, bahwa ia seorang yang jujur, soleh, bersih dan bukan pula dia yang salah dalam hal antara Nabi Yusuf dengan Zulaikha. Zulaikha pun dalam pertemuan itu mengakui bahwa memang dialah yang bersalah, karena telah menggoda Nabi Yusuf ,dan diapulalah yang menyuruh suaminya agar memenjarakan Yusuf untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa dialah yang salah dan  dialah yang memperkosa kehormatannya.
Hasil pertemuan Raja dengan para wanita itu di umumkan agar diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dan dengan demikian terungkaplah tabir yang meliputi Yusuf dan Zulaikha. Maka atas, perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi Yusuf dari penjara secara hormat, bersih dan bebas dari segala tuduhan. Setelah mengetahui kebenaran dari fitnah yang menimpa Yusuf, kemudian raja memberikan kedudukan istimewa di kerajaan.
Namun Yusuf menolak, dia merasa dirinya hanya memiliki pengetahuan pada bidang keuangan, untuk itu Yusuf mengajukan diri untuk menjadi bendahara Mesir. Permintaan Yusuf kemudian disetujui raja. Selama tujuh tahun menjabat sebagai bendahara Mesir, Nabi Yusuf memanfaatkannya untuk memperbanyak persediaan gandum di gudang. Itu dilakukan karena Yusuf mengetahui kebenaran dari mimpi raja. Benar saja, ketika tujuh tahun pertama lewat, penduduk Mesir dan sekitarnya menghadapi musim panas yang mencekik. Tidak ada air di sepanjang sungai, cuaca panas menyengat. Namun semua itu berhasil dilewati penduduk Mesir, karena peran Nabi Yusuf dalam memimpin.
oooOOOooo


Minggu, 19 Oktober 2014

Kisah Nabi Ismail

Ismail berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Allah S.W.T. Ibunya membawanya dan menidurkannya di atas tanah, yaitu tempat yang sekarang kita kenal dengan nama telaga zam zam dalam Ka'bah. Saat itu tempat yang di huninya sangat tandus dan belum terdapat telaga yang memancar dari bawah kakinya. Tidak ada di sana setetes air pun. Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang kecil. "Wahai Ibrahim ke mana engkau hendak pergi dan membiarkan kami di lembah yang kering ini?" Kata Hajar. "Wahai Ibrahim di mana engkau akan pergi dan membiarkan kami? Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi?" Si ibu mengulang-ulang apa yang dikatakannya. Sedangkan Nabi Ibrahim diam dan tidak menjawab. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim saat meninggalkan mereka berdua di suatu lembah yang tidak ada di alamnya tumbuh-tumbuhan dan minuman. Namun Allah S.W.T telah memerintahkannya untuk tinggal di lembah itu. Dengan lapang dada Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah S.W.T.

Dalam kisah-kisah israiliyat (kisah-kisah palsu yang dibuat oleh Bani Israil) disebutkan bahwa isteri pertamanya, Siti Sarah, tampak cemburu pada Siti Hajar, isteri keduanya, sehingga Nabi Ibrahim harus menjauhkannya beserta anaknya. Jika kita mengamati kepribadian Nabi Ibrahim, maka kita mengetahui bahwa beliau tidak akan mendapat perintah dari seorang pun selain Allah s.w.t.

Kami tidak meyakini bahwa beliau terperangkap dalam perasaan kecemburuan feminisme dan tidak percaya bahwa beliau sengaja membangkitkan perasaan ini. Kami tidak mengira bahawa pribadi Sarah yang mulia akan terpedaya dengan sikap egoisme. Bukankah ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan Hajar, pembantunya agar ia mendapatkan keturunan? Ia menyadari bahwa dirinya wanita tua dan mandul. Ia sendiri yang menikahkannya dan membantu pelaksanaannya. Ia telah memberikan dan mengabdikan dirinya kepada seorang lelaki yang hatinya tiada dipenuhi dengan cinta kepada siapa pun kecuali cinta kepada Penciptanya.

Allah s.w.t berfirman tentang Sarah dan Hajar:

"Rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. (QS. Hud: 73)

Jadi, masalahnya adalah bukan masalah kecemburuan antara sesama wanita, namun ia adalah tugas yang diperintahkan oleh Allah s.w.t yang di dalamnya tersembunyi hikmah-Nya. Barangkali Sarah lebih heran daripada Hajar ketika Nabi Ibrahim memerintahkannya untuk membawa anaknya Ismail dan mengikutinya. "Ke mana engkau hai Ibrahim pergi?" Mungkin pertama-tama Hajar yang bertanya kepadanya dan mungkin juga Sarah yang bertanya. Nabi Ibrahim hanya terdiam dan akhirnya kedua wanita itu pun juga terdiam.

Di sana terdapat hikmah yang tersembunyi di mana Nabi Ibrahim tidak mengetahuinya dan Allah S.W.T tidak menjelaskan kepadanya. la tidak mengetahui hal itu sebagaimana mereka berdua juga tidak mengetahuinya. Jadi kedua-duanya hanya terdiam sebagai bentuk akhlak dari isteri-isteri Nabi. Inilah Hajar yang sendirian bersama anaknya di lembah yang terasing dan tandus, di mana ia tidak mengetahui rahasia di balik tempat itu. Inilah Ismail yang memulai perjalanannya menuju Allah S.W.T saat masih menyusui. Ia mengalami ujian saat masih kecil dan juga ujian bagi ayahnya, di mana ia mendapatkan seorang anak saat sudah tua. Nabi Ibrahim menyadari bahwa manusia tidak memiliki sesuatu pun dalam dirinya. Dan seseorang yang cinta kepada Allah S.W.T akan memberikan dirinya kepada Allah S.W.T dan akan memberikan apa yang di sukai oleh dirinya kepada Allah S.W.T tanpa harus diminta. Itu adalah hukum cinta yang dalam. Kami tidak percaya bahwa Nabi Ibrahim mengetahui mengapa ia harus meninggalkan Ismail dan ibunya di tempat itu. Kami tidak mengira bahwa Allah S.W.T telah memberitahunya. Allah S.W.T hanya menurunkan perintah dan Ibrahim hanya menaatinya. Di sinilah tampak kerasnya ujian dan kesulitannya. Di sinilah cinta yang paling dalam diungkapkan, dan di sinilah cinta yang murni dituangkan.

Allah s.w.t menguji kekasih-Nya Ibrahim dengan suatu ujian yang sangat keras, di mana umumnya para orang tua berat sekali melakukannya. Bukan berarti bahwa cinta Allah S.W.T kepada Ibrahim dan cinta Ibrahim kepada-Nya menjadikan Ibrahim tidak memiliki perasaan kemanusiaan. Kekuatan cintanya pada Allah S.W.T justru menjadikan sebagai lautan dari perasaan kemanusiaan, bahkan lautan yang tidak bertepi. Perasaan beliau terhadap Ismail lebih besar, lebih lembut, dan lebih sayang dari perasaan ayah mana pun terhadap anaknya. Meskipun demikian, beliau rela meninggalkannya di tempat yang tandus karena Allah S.W.T memerintahkan hal tersebut. Terjadilah pergelutan dalam dirinya namun ia mampu melewati ujiannya dan beliau memilih cinta Allah S.W.T daripada cinta anaknya.

Ketika Nabi Ibrahim menampakkan kecintaan yang luar biasa dari yang seharusnya kepada anaknya, maka Allah s.w.t memerintahkannya untuk menyembelihnya. Allah S.W.T agar hanya Dia yang menjadi pusat cinta para nabi-Nya. Barang siapa yang mencintai Allah S.W.T, maka ia pun harus mencintai kebenaran dan orang yang mencintai kebenaran adalah orang memenuhi hatinya dengan cinta kepada Penciptanya semata. Ismail mewarisi kesabaran ayahnya. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah S.W.T sebelumnya:

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang soleh" (QS. ash-Shaffat: 100)

Allah s.w.t menjawab:

"Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)

Kesabaran yang sama yang terdapat pada ayahnya, kebaikan yang sama, ketakwaan yang sama, dan adab kenabian yang sama pula. Ismail mendapatkan ujian yang pertama saat beliau kecil dan ujian itu berakhir saat Allah S.W.T memancarkan zamzam dari kedua kakinya sehingga darinya ibunya minum dan menyusuinya. Kemudian Ismail mendapatkan ujian yang kedua dalam hidupnya saat ia menginjak masa muda:

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. ash-Shaffat: 102)

Apa yang Anda kira terhadap jawaban si anak? Ia tidak bertanya tentang sifat dari mimpi itu, dan ia tidak berdebat dengan ayahnya tentang kebenaran mimpi itu, tetapi yang dikatakannya: "Wahai ayahku laksanakanlah apa yang diperintahkan. "Janganlah engkau gelisah karena aku dan janganlah engkau menampakkan kesedihan dan keluh-kesah. "Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Demikianlah jawaban seorang anak yang soleh terhadap ayahnya yang soleh. Itulah puncak dari kesabaran dari seorang anak dan tentu orang tuanya lebih harus bersabar. Itu bagaikan perlombaan di antara keduanya untuk menguji siapa di antara mereka yang paling sabar. Perlombaan yang tujuannya adalah meraih cinta Allah S.W.T.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhoi di sisi Tuhannya." (QS. Maryam: 54-55)

Baitullah

Ismail hidup di semenanjung Arab sesuai dengan kehendak Allah s.w.t. Ismail memelihara kuda dan terhibur dengannya serta memanfaatkannya untuk keperluannya. Sedangkan air zam zam sangat membantu orang- orang yang tinggal di daerah itu. Kemudian sebagian kafilah menetap di situ dan sebagian kafilah tinggal di tempat itu. Nabi Ismail tumbuh menjadi dewasa dan menikah. Lalu ayahnya, Nabi Ibrahim, mengunjunginya dan tidak menemukannya dalam rumah namun ia hanya mendapati isterinya. Nabi Ibrahim bertanya kepadanya tentang kehidupan mereka dan keadaan mereka. isterinya mengadukan padanya tentang kesempitan hidup dan kesulitannya. Nabi Ibrahim berkata padanya: "Jika datang suamimu, maka perintahkan padanya untuk mengubah gerbang pintunya."

Ketika Nabi Ismail datang, dan isterinya menceritakan padanya perihal kedatangan seorang lelaki, Ismail berkata: "Itu adalah ayahku dan ia memerintahkan aku untuk meninggalkanmu, maka kembalilah engkau pada keluargamu." Kemudian Nabi Ismail menikahi wanita yang kedua. Nabi Ibrahim mengunjungi isteri keduanya dan bertanya kepadanya tentang keadaannya. Lalu ia menceritakan padanya bahwa mereka dalam keadaan baik-baik dan dikurniai nikmat. Nabi Ibrahim puas terhadap isteri ini dan memang ia sesuai dengan anaknya. Barangkali Nabi Ibrahim menggunakan kemampuan spirituaslnya dan cahaya yang mampu menyingkap keghaiban yang dimilikinya. Nabi Ibrahim menyiapkan Ismail untuk mengembang tugas yang besar. Yaitu tugas yang membutuhkan kerja keras kemanusiaan seluruhnya dan waktunya seluruhnya serta kenyamanannya seluruhnya.

Ismail menjadi besar dan mencapai kekuatannya. Nabi Ibrahim mendatanginya. Tibalah saat yang tepat untuk menjelaskan hikmah Allah S.W.T yang telah terjadi dari perkara-perkara yang samar. Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: "Wahai Ismail, sesungguhnya Allah S.W.T memerintahkan padaku suatu perintah" ketika datang perintah pada Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya, beliau menjelaskan kepadanya persoalan itu dengan gamblang. Dan sekarang ia hendak mengemukakan perintah lain yang sama agar ia mendapatkan keyakinan bahawa Ismail akan membantunya. Kita di hadapan perintah yang lebih penting daripada penyembelihan. Perintah yang tidak berkenaan dengan pribadi Nabi tetapi berkenaan dengan makhluk.

Ismail berkata: "Laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu padamu."
Nabi Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan membantuku?"
Ismail menjawab: "Ya, aku akan membantumu."
Nabi Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah S.W.T memerintahkan aku untuk membangun rumah di sini."
Nabi Ibrahim mengisyaratkan dengan tangannya dan menunjuk suatu bukit yang tinggi di sana.

Selesailah pekerjaan itu. Perintah itu telah dilaksanakan dengan berdirinya Baitullah yang suci. Itu adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk manusia di bumi. Ia adalah rumah pertama yang di dalamnya manusia menyembah Tuhannya. Dan karena Nabi Adam adalah manusia yang pertama turun ke bumi, maka keutamaan pembangunannya kembali padanya. Para ulama berkata: "Sesungguhnya Nabi Adam membangunnya dan ia melakukan tawaf di sekelilingnya seperti para malaikat yang tawaf di sekitar Arasy Allah S.W.T.

Nabi Adam membangun suatu kemah yang di dalamnya ia menyembah Allah S.W.T. Adalah hal yang biasa bagi Nabi Adam -  sebagai seorang Nabi - untuk membangun sebuah rumah untuk menyembah Allah s.w.t. Tempat itu dipenuhi dengan rahmat. Kemudian Nabi Adam meninggal dan berlalulah abad demi abad sehingga rumah itu hilang dan tersembunyi tempatnya. Maka Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah s.w.t untuk membangun kedua kalinya agar rumah itu tetap berdiri sampai hari kiamat dengan izin Allah s.w.t. Nabi Ibrahim mulai membangun Ka'bah. Ka'bah adalah sekumpulan batu yang tidak membahayakan dan tidak memberikan manfaat. Ia tidak lebih dari sekadar batu. Meskipun demikian, ia merupakan simbol tauhid Islam dan tempat penyucian kepada Allah S.W.T. Nabi Adam memiliki tauhid yang tinggi dan Islam yang mutlak. Nabi Ibrahim pun termasuk seorang Muslim yang tulus dan ia bukan termasuk seorang musyrik.

Batu-batu rumah itu telah dibangun dari ketenteraman hati Nabi Adam dan kedamaian Nabi Ibrahim serta cintanya dan kesabaran Nabi Ismail serta ketulusannya. Oleh kerana itu, ketika Anda memasuki Masjidil Haram Anda akan merasakan suatu gelombang kedamaian yang sangat dalam. Terkadang pada kali yang pertama engkau melihat dirimu dan tidak melihat rumah dan pemeliharanya. Dan barangkali engkau melihat rumah pada kali yang kedua namun engkau tidak melihat dirimu dan Tuhanmu. Ketika engkau pergi ke haji engkau tidak akan melihat dirimu dan rumah itu yang engkau lihat hanya pemelihara rumah itu. Ini adalah haji yang hakiki. Inilah hikmah yang pertama dari pembangunan Ka'bah.

Allah s.w.t berfirman:

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 127-129)

Ka'bah terdiri dari batu-batuan yang ada di bumi di mana ia dijadikan pondasi oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Sejarah menceritakan bahwa ia pernah dihancurkan lebih dari sekali sehingga ia pun beberapa kali dibangun kembali. Ia tetap berdiri sejak masa Nabi Ibrahim sampai hari ini. Dan ketika Rasulullah saw diutus  - sebagai bukti pengabulan doa Nabi Ibrahim - beliau mendapat Ka'bah dibangun terakhir kalinya, dan tenaga yang dicurahkan oleh orang-orang yang membangunnya sangat terbatas di mana mereka tidak menggali dasarnya sebagaimana Nabi Ibrahim menggalinya. Dari sini kita memahami bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mencurahkan tenaga keras yang tidak dapat ditandingi oleh ribuan laki-laki. Rasulullah saw telah menegaskan bahwa kalau bukan karena kedekatan kaum dengan masa jahiliah dan kekhuatiran orang- orang akan menuduhnya dengan berbagai tuduhan jika beliau menghancurkannya dan membangunkannya kembali, niscaya beliau ingin merobohkannya dan mengembalikannya ke pondasi Nabi Ibrahim.

Sungguh kedua nabi yang mulia itu telah mencurahkan tenaga keras dalam membangunnya. Mereka berdua menggali pondasi karena dalamnya tanah yang di bumi. Mereka memecahkan batu-batuan dari gunung yang cukup jauh dan dekat, lalu setelah itu memindahkannya dan meratakannya serta membangunnya. Tentu hal itu memerlukan tenaga keras dari beberapa lelaki tetapi mereka berdua membangunnya bersama-sama. Kita tidak mengetahui berapa banyak waktu yang digunakan untuk membangun Ka'bah sebagaimana kita tidak mengetahui waktu yang digunakan untuk membuat perahu Nabi Nuh. Yang penting adalah, bahwa perahu Nabi Nuh dan Ka'bah sama-sama sebagai tempat perlindungan manusia dan tempat yang membawa keamanan dan kedamaian. Ka'bah adalah perahu Nabi Nuh yang tetap di atas bumi selama-lamanya. Ia selalu menunggu orang-orang yang menginginkan keselamatan dari kedahsyatan angin taufan yang selalu mengancam setiap saat.

Allah s.w.t tidak menceritakan kepada kita tentang waktu pembangunan Ka'bah. Allah s.w.t hanya menceritakan perkara yang lebih penting dan lebih bermanfaat. Dia menceritakan tentang kesucian jiwa orang-orang yang membangunnya dan doa mereka saat membangunnya:

"Tuhan kami, terimalah dari hand (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS. al- Baqarah: 127)

Itulah puncak keikhlasan orang-orang yang ikhlas, ketaatan orang-orang yang taat, ketakutan orang-orang yang takut, dan kecintaan orang-orang yang mencintai:

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau." (QS. al-Baqarah:
128)

Sesungguhnya kaum Muslim yang paling agung di muka bumi saat itu, mereka berdoa kepada Allah s.w.t agar menjadikan mereka termasuk orang-orang yang berserah diri pada-Nya. Mereka mengetahui bahawa hati manusia terletak sangat dekat dengan ar-Rahman (Allah s.w.t). Mereka tidak akan mampu menghindari tipu daya Allah s.w.t. Oleh kerana itu, mereka menampakkan kemurnian ibadah hanya kepada Allah s.w.t, dan mereka membangun rumah Allah s.w.t serta meminta pada- Nya agar menerima pekerjaan mereka.

Selanjutnya, mereka meminta Islam (penyerahan diri) pada-Nya dan rahmat yang turun pada mereka di mana mereka memohon kepada Allah s.w.t agar memberi mereka keturunan dari umat Islam. Mereka ingin agar jumlah orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang sujud dan rukuk semakin banyak. Sesungguhnya doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyingkap isi had seorang mukmin. Mereka membangun rumah Allah s.w.t dan pada saat yang sama mereka disibukkan dengan urusan akidah (keyakinan). Itu mengisyaratkan bahwa rumah itu sebagai simbol dari akidah.

"Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 128)

Perlihatkanlah kepada kami cara ibadah yang Engkau sukai. Perlihatkanlah kepada kami bagaimana kami menyembah-Mu di bumi. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Setelah itu, kepedulian mereka melampaui masa yang mereka hidup di dalamnya. Mereka berdoa kepada Allah s.w.t:

"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (Al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 129)

Akhirnya, doa tersebut terkabul ketika Allah s.w.t. mengutus Muhammad bin Abdullah saw. Doa tersebut terwujud setelah melalui masa demi masa. Selesailah pembangunan Ka'bah dan Nabi Ibrahim menginginkan batu yang istimewa yang akan menjadi tanda khusus di mana tawaf di sekitar Ka'bah akan dimulai darinya. Ismail telah mencurahkan tenaga di atas kemampuan manusia biasa. Beliau bekerja dengan sangat antusias sebagai wujud ketaatan terhadap perintah ayahnya. Ketika beliau kembali, Nabi Ibrahim telah meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. "Siapakah yang mendatangkannya (batu) padamu wahai ayahku?" Nabi Ibrahim berkata: "Jibril as yang mendatangkannya." Selesailah pembangunan Ka'bah dan orang- orang yang mengesakan Allah s.w.t serta orang-orang Muslim mulai bertawaf di sekitarnya. Nabi Ibrahim berdiri dalam keadaan berdoa kepada Tuhannya sama dengan doa yang dibacanya sebelumnya, yaitu agar Allah s.w.t menjadikan had manusia cenderung pada tempat itu:

"Maka jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mereka. "(QS. Ibrahim: 37)

kerana pengaruh doa tersebut, kaum Muslim merasakan kecintaan yang dalam untuk mengunjungi Baitul Haram. Setiap orang yang mengunjungi Masjidil Haram dan kembali ke negerinya ia akan merasakan kerinduan pada tempat itu. Semakin jauh ia, semakin meningkat kerinduannya padanya. Kemudian, datanglah musim haji pada setiap tahun, maka hati yang penuh dengan cinta pada Baitullah akan segera melihatnya dan rasa hausnya terhadap telaga zamzam akan segera terpuaskan. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah cinta yang dalam terhadap Tuhan, Baitullah dan telaga zamzam yaitu, Tuhan alam semesta. Allah s.w.t berfirman berkenaan dengan orang-orang yang mendebat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail:

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. " (QS. Ali 'Imran: 67)

Allah s.w.t mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan beliau yang pertama kali menamakan kita sebagai orang-orang Muslim. Allah s.w.t berfirman:

"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dan dahulu. " (QS. al- Hajj: 78)