Rabu, 31 Desember 2014

Khutbah Jum'at abu nawas



Abu Nawas dikenal sebagai mubaligh oleh tetangga dan warga sekitarnya, dan tak jarang ada orang yang berkunjung ke rumahnya hanya sekedar bersilaturrahmi dan meminta petunjuk agar usaha yang dijalankannya berjalan lancar dan diridhai Allah SWT.

Namun satu hal pesan dari Abu Nawas ini, bahwa Abu Nawas tak bisa memberikan janji, hanya saja dirinya mengingatkan agar selalu ingat kepada Allah SWT dengan jalan bersedekah.

Hari Jumat telah tiba, Abu Nawas yang ditunjuk menjadi imam sekaligus khatib untuk memberikan ceramah pun bersiap berangkat ke masjid.
Abu Nawas segera mandi dan berpakaian rapi.
Setelah berpamitan dengan istrinya, Abu Nawas lalu melangkahkan kakinya menuju masjid.

Tak lama kemudian, terdengar suara adzan.
Umat Islam khususnya laki-laki berbondong-bondong menuju masjid dan meninggalkan segala jenis aktifitasnya.
Para warga sangat senang dan antusias sekali karena biasanya ceramah dari Abu Nawas ini sangat sesuai dengan situasi terkini.

Namun belum lama Abu Nawas berkhutbah, dilihatnya banyak para jamaah banyak yang mengantuk, bahkan ada yang tertidur.
Melihat hal itu, Abu Nawas berteriak,
"Api Api Api," ujar Abu Nawas dengan keras.
Kontan saja para jamaah terbangun kaget, menoleh kiri dan kanan mendengar teriakan Abu Nawas itu.
Sebagian malah ada yang hanya saling pandang saja.

"Dimana apinya, dimana," teriak jamaah.

Abu Nawas yang melihat para jamaah terbangun dan panik, lantas Abu Nawas meneruskan khutbahnya tanpa peduli pertanyaan para jamaah mengenai letak apinya.
"Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah," kata Abu Nawas dalam khutbahnya.

Setelah menyampaikan khutbahnya, Abu Nawas segera menutup bagian kedua khutbah dengan berdoa.
Sesaat kemudian, Abu Nawas kemudian memimpin shalat Jumat dengan khusyuk diikuti oleh para jamaah.
Para Jamaah tersadar dan masih ingat akan Api Neraka yang diucapkan oleh Abu Nawas tadi.

Minggu, 28 Desember 2014

KISAH UNTA PENYELAMAT RASULULLAH SAW



Setelah berbagai usaha kaum Quraisy untuk menghalagi penyebaran agama Islam mengalami kegagalan, maka Abu Jahal semakin benci terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Bahkan Kebencian Abu Jahal melebihi kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
 Melihat agama Islam semakin menyebar luas, Abu Jahal pun berkata kepada kaum Quraisy  "Hai kaumku! Janganlah sekali-kali kalian membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran barunya dengan sesuka hatinya. Dia telah menghina agama nenek moyang kita, dia menghina Tuhan yang kita sembah. Demi Tuhan, aku berjanji kepada kamu sekalian, bahwa Besok aku akan membawa batu ke Masjidil Haram untuk dilemparkan ke kepala Muhammad ketika dia sujud. Setelah itu terserah kalian semua, mau menyerahkan aku kepada keluarganya, atau tetap membelaku dari ancaman para pengikutnya.
Orang-orang yang menghadiri pertemuan itu merasa senang dan bangga dengan ucapan  Abu Jahal sebab jika Abu Jahal berhasil membunuh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, maka segala keresahan dan kesusahan yang mereka rasakan selama ini akan sirna akibat kegiatan dakwah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam menyebarkan agama islam di kalangan mereka.
Dalam pertemuan tersebut, banyak tamu undangan yang mengira jika akan terjadi pesta perayaan  karena telah berhasil menyingkirkan Nabi Muhammad Saw. Menurut perkiraan mereka, hal yang mudah pastinya jika harus membunuh Nabi Muhammad yang dimulyakan Allah. Di sisi lain mereka tidah tahu bahwa Allah tidak akan sekali-kali membiarkan kekasih-Nya diancam dan diperlakukan seperti binatang.
Dengan perasaan bangga, keesokan harinya di suatu pagi yang cerah, Abu Jahal pergi ke Ka’bah ,tempat biasa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam bersembahyang. Dengan berlagak seperti seorang satria, Abu Jahal berjalan dengan membawa sebongkah batu besar di tangan sambil diiringi oleh beberapa orang Quraisy. Abu jahal sengaja mengajak mereka dengan tujuan agar orang-orang kaum quraisy tersebut menyaksikan  bagaimana nanti Abu Jahal melemparkan batu itu diatas kepala Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Sepanjang perjalanan menuju ka’bah, Abu Jahal tersenyum sendiri membayangkan keadaan Rasulullah setelah tertimpa batu tersebut. dan reaksi para kaum Quraisy yang akan menyebutnya sebagai pahlawan.   Saat tiba didepan masjidil haram, rasulullah yang hendak mengerjakan solat tidak menyadari keberadaan abu jahal dan pengikutnya yang telah siap melancarkan niat jahatnya. Secara perlahan-lahan Abu Jahal berjalan menghampiri Rasulullah yang sedang solat. Dari kejauhan para pengikut abu jahal memperhatikan tindakanya tersebut dengan perasaan cemas. Namun siapa sangka saat akan melemparkan batu yang dipegang, tiba-tiba abu jahal seperti melihat seekor unta yang sangat besar didepanya dan siap untuk menendang abu jahal jika dia meneruskan niatnya. Muka abu jahalpun langsung berubah pucat pasi. Tak pelak Kejadian itupun membuat para pengikutnya tercengang keheranan dan berusaha cepat-cepat membawa pergi abu jahal sebelum keberadaannya diketahui oleh Rasulullah.
Setelah merasa ditempat yang aman, Abu jahal lengsung dicerca berbagai pertanyaan oleh para kaum quraisy,  tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Apakah sebenarnya yang terjadi kepada engkau, Abu Jahal? Mengapa engkau tidak melemparkan batu itu ke kepala Muhammad ketika dia sedang sujud tadi?" akan tetapi abu jahal tetap diam membisu dan membuat orang-orang yang ada disitu semakin keheranan.
Rupanya abu jahal teringat akan kejadian yang pernah menimpanya sebelumnya dimana Abu jahal pernah merampas harta seorang nasrani yang kemudian diadukan kepada Rasulullah. Pada saat itu dia tidak berani berkata apa-apa kepada rasulullah  karena dia melihat ada dua ekor harimau yang menjadi pengawalnya saat itu.
Usai mendengarkan apa yang baru saja menimpa abu jahal, para kaum quraisy merasa kecewa dan menganggap semua yang disampaikanya itu hanyalah omong kosong belaka karena pada saat itu mereka sama sekali tidak melihat adanya unta sebagaimana dimaksud abu jahal dalam ceritanya. Sejak kejadian tersebut para kaum Quraisy tak lagi mempercayai apapun yang dikatakan Abu Jahal.


Sabtu, 20 Desember 2014

Berubah Adil Dan Bijaksana Karena Sindiran



Meski hanya rakyat biasa, namun Abu Nawas mampu memberikan nasihat kepada sang raja, bahkan Abu Nawas memberikan nasihat sambil menyindir perilaku rajanya yang sombong.

Suatu saat Raja Harun Ar-Rasyid sedang menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di pusat kota Kuffah, tiba-tiba terlihat olehnya Abu Nawas sedang menaiki sebatang kayu berlarian ke sana kemari dan diikuti anak-anak dengan riangnya. Wajah sang Raja mendadak menjadi sumringah dibuatnya. Matanya berbinar-binar karena begitu merindukan sosok Abu Nawas. Memang Abu Nawas sejak beberapa bulan terakhir meninggalkan kerajaannya sebagai bentuk protes atas ketidakadilan dan kesombongan raja.

Sejak kepergian Abu Nawas ,raja merasa kesepian yang teramat sangat karena Tidak ada lagi orang yang diajaknya berdiskusi maupun hanya sekedar bercanda. Karena itu Raja sangat gembira begitu melihat sosok Abu Nawas.

Dirindukan Raja.

Karena sangat penasaran, Raja Harun Ar-Rasyid kemudian bertanya kepada para pengawalnya.
"Siapa dia?" tanya Raja.
"Dia si Abu Nawas yang gila itu," jawab salah seorang pengawalnya.
"Coba panggil dia kemari, tanpa ada yang tahu, dan sekali lagi aku peringatkan kamu jangan berkata yang buruk lagi tentang dia,” perintah Raja Harun.
"Baiklah wahai baginda Raja," jawab pengawal.
Tidak berapa lama kemudian para pengawal berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Raja. Abu Nawas diperkenankan duduk di hadapan Raja.
"Salam bagimu wahai Abu Nawas," sapa Raja Harun Ar-Rasyid.
"Salam kembali wahai Amirul Mukminin," jawab Abu Nawas.
"Kami merindukanmu wahai Abu Nawas," kata Raja Harun Ar Rasyid.
"Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda semuanya," jawab Abu Nawas dengan ketus.
Beberapa pengawal kerajaan spontan saja akan mencabut pedang dari sarungnya untuk memberikan pelajaran kepada Abu Nawas yang tak mampu menjaga perkataannya di hadapan raja, sang pemimpin. Akan tetapi niat tersebut dicegah sendiri oleh Raja Harun Ar-Rasyid.
"Wahai Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, maka berilah aku nasihat," pinta Raja.
"Dengan apa aku menasehatimu, inilah istana dan kuburan mereka," kata Abu Nawas.
"Tambahkan lagi, engkau telah memberikan nasihat yang bagus," ujar raja mulai bersemangat.
"Wahai Amirul Mukminin, barang siapa yang dikarunia Allah SWT dengan harta dan ketampanan, lalu ia dapat menjaga kehormatannya dan ketampanannya, serta memberikan bantuan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang shaleh," kata Abu Nawas.

Pemimpin Adil dan Bijaksana

Raja Harun Ar-Rasyid merasa senang mendapatkan nasihat dari Abu Nawas dan mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya sebagai imbalan. Beliaupun memerintahkan kepada pengawalnya untuk membayar semua hutang-hutang Abu Nawas.
"Aku telah menyuruh para pengawalku untuk membayar hutang-hutangmu," kata Raja.
"Tidak Amirul Mukminin, kembalikan harta itu kepada yang berhak menerimanya. Bayarlah hutang diri Anda sendiri," kata Abu Nawas.
Namun Raja Harun tak menyerah begitu saja. Ia kemudian mempersiapkan hadiah khusus pada Abu Nawas.
"Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu," katanya.
"Wahai Amirul Mukminin, apakah Paduka berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku," jawab Abu Nawas yang segera pergi dari hadapan raja.

Perlakuan itu membuat sang Raja semakin merenung dan  mengevaluasi dirinya sendiri.
Beliau sadar kalau selama ini dirinya kurang adil dan sangat sombong akan kekuasaan yang dimikinya sehingga mudah meremehkan orang lain. Setelah mendapat nasihat dari Abu Nawas, Raja Harun berubah menjadi raja yang adil dan bijaksana kepada rakyatnya.

Abu Nawas telah memberikan nasihat berupa sedikit sindiran kepada Raja, namun beliau tidak tersinggug, marah atau pun memenjarakan Abu Nawas. Raja malah merenung dan terus merenungi kesalahan apa yang telah dia buat selama memimpin kerajaan ini.

oooooOOOOOooooo


Rabu, 17 Desember 2014

Selamat Dari Jebakan Abu Jahal




Abu jahal mengalami puncak kebencian pada nabi muhammad SAW sehingga ia membuat jebakan . akan tetapi jebakan itu justru mengenai dirinya sendiri, meski demikian Rasulullah SAW tetap menolong Abu Jahal dari jebakan itu.
Syeikh Umar bin Hasan mengisahkan bahwa abu jahal tidak pernah berhenti dari usahanya untuk menghancurkan dakwah rasulullah SAW, bahkan bernafsu untuk menghabisi nyawa beliau. apalagi setelah melihat perkembangan dakwah Nabi SAW yang semakin bertambah pengikutnya.
Abu Jahal lantas mengumpulkan antek-anteknya agar menggali lubang yang dalam(sumur). Setelah sumur tergali cukup dalam, kemudian diatasnya ditutup dengan potongan pelepah kurma. Lalu, ditutup lagi dengan daun dan rumpiut kering, serta ditaburi pasir secukupnya. Sehingga tidak tampak sama sekali kalu didalamnya adalah galian sumur yang dalam sekali. Sumur itu sengaja dikali tepat ditengah jalan pintas antara rumah Rasulullah dan ka’bah, dimana Nabi biasa melintasinya setiap kali menunaikan tawaf.
ABU JAHAL SAKIT
Namun sampai beberapa hari usaha itu belum membuahkan hasil. karena itulah Abu Jahal berpura-pura sakit keras dan menyuruh budaknya agar memberitahukan sakit nya itu kepada Nabi. Dengan harapan, sang kemenakan akan menengoknya.
Rasulullah SAW yang kala itu masih menempati rumah Alm. Kakeknya, Abdul mutholib, memang tidak jauh dari rumah Abu Jahal. Dan jalan pintas kearah Ka’bah adalah sejalur dengan jalan kerumah Abu Jahal. Sebagai kemenakan yang berbakti, Rasulullah SAW tetap menghormati Abu Jahal. Maka ketika diberitahu ia sakit keras, bergegaslah beliau berangkat untuk menengok pamanya itu.
Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba Malaikat Jibril datang mencegah seraya memberitahukan bahwa berita sakitnya Abu Jahal adalah tipu muslihat belaka, agar beliau terjerumus ke dalam ranjau yang sengaja ia buat.
Maka beliaupun mengurungkan niatnya dan membalikkan langkahnya pulang ke rumah. Rupa-rupanya sedari tadi Abu Jahal mengintai dari balik kamarnya, sehingga ia kecewa berat ketika melihat rasulullah SAW membalikkan langkahnya. Ia segera melompat dari kamarnya kemudian berlari mengejar langkah kemenaknnya, seraya berteriak memanggil-manggil, “ Hai Muhammad. Hai muhammad ...”
MASUK SUMUR
Abu Jahal lupa terhadap ranjau yang dipasangnya sendiri itu. Ranjau itu terinjak dan tubuhnya terperosok kedalam sumur yang dibuatnya sendiri. para budaknya pun terkejut. Lantas, mereka berusaha cepat-cepat menolongnya dengan mengulurkan tangan mereka, tapi masih belum bisa menggapai tangan Abu Jahal. Maka dicarilah seutas tali  dan diulurkan ke dalam sumur, namun tetap belum tergapai oleh tangan tuannya. Maka disambungkanlah tali itu dengan tali yang lain. Anehnya, tiap kali tali ditambah panjangnya, bertambah pula kedalaman sumur itu, sehingga memperlama waktu Abu jahal berada di dalam sumur.
Abu jahal menyuruh orang-orangnya memanggil Muhammad untuk menolongnya. Dengan sifat kemuliaannya, Rasulullahpun mengulurkan tangannya. Dan mukjizat terjadi, dengan sekali julur saja, kedua tangan Abu Jahal dapat meraihnya dan dan keluar dari sumur dengan selamat. Begitulah teladan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang yang jahat dan ingin mencelakakannya. Beliau membalasnya dengan kebaikan. Dan ini membuat musuh-musuhnya malu, insyaf, lalu meminta maaf, bahkan ada pula yang menerima risalah Rasulullah. Kecuali Abu Jahal karena hatinya telah tertutup oleh kesombongannya.