Rabu, 23 Juli 2014

Kisah ISTRI NABI IBRAHIM AS. SARAH





SARAH adalah istri salah satu dari rosul Ulul’Azmi yaitu Nabi Ibrahim A.S. yang merupakan wanita tercantik di zamannya dan paling bakti kepada Allah dan suaminya. Allah ta`ala menganugrahi kepadanya  nikmat yang bisa ia lihat dengan mata kepalanya & nikmat yang tetap berkahnya sepeninggalnya hingga waktu yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla.
Dia dapat berbicara dengan para malaikat Allah dan para malaikat berbicara dengannya tentang kabar gembira yang membuatnya tertawa bahagia,
Hijrah Ke Mesir
Ibrahim semula hidup di Babil, Irak dan menikah dengan Sarah yang masih merupakan kerabat beliau. Sarah beriman kepada risalah Ibrahim, begitu pula keponakan beliau, Luth.
Ketika itu seluruh penduduk bumi adalah orang kafir yang tidak mengetahui agama & hanya mengetahui tuhan dalam bentuk bintang dan patung yang menguasai hati sebagian besar manusia, jadi tidak ada yang beriman kepada Allah selain Ibrahim Al Khalil, Sarah dan keponakan Ibrahim, Luth.
Ketika mereka pergi  ke Mesir karena di Palestina, tempat tinggal Ibrahim dilanda kekeringan dan paceklik, untuk itu Ibrahim bersama istrinya berangkat ke Mesir. Ketika keduanya tiba di Mesir, Ibrahim tahu bahwa penguasa Mesir adalah orang yang doyan perempuan. Oleh karena itu, Ibrahim mengkhawatirkan istrinya Sarah, lalu Ibrahim berkata kepada Sarah “Penguasa Mesir ini pasti akan bertanya kepadaku tentang dirimu, aku akan mnjawab bahwa engkau adalah saudara perempuanku, jadi jangan membantahku disisinya, karena di dunia ini tidak ada orang muslim selain aku dan engkau, dan sesungguhnya engkau adalah saudaraku di kitabullah”.
Setiba di  Mesir, salah seorang pejabat Mesir melihat Sarah, karenanya ia segera pergi  menghadap rajanya dan mengatakan kepada raja  “Paduka, ada seorang wanita telah datang ke Mesir ini dan ia hanya layak dimiliki orang seperti paduka, karena kecantikannya nyaris menutupi matahari di siang hari”
Wajah sang raja Mesir tersebut berbinar-binar mendengan perkataan pejabat itu, lalu berkata kepadanya “Pergilah dan bawa wanita itu kemari”
pejabat itu pun pergi ke tempat Ibrahim dan istrinya, dan berkata kepada Ibrahim “Sesungguhnya raja menyuruhku membawa wanita ini kepadanya”
Sarah kemudian berjalan dan masuk ke istana Mesir yang penuh dengan kilauan intan permata, Walau begitu ia tidak silau  dengan tahta dan kemewahan istana, gelas-gelas yang diletakkan, bantal-bantal sandaran yang disusun dan permadani-permadani mewah yang terhampar, matanya tidak menoleh tiang-tiang tinggi dan tembok-tembok yang menjulang, ia juga tidak peduli dengan para pelayan dan anak-anak istana yang berkeliling ke kanan dan ke kiri. Hati Sarah hanya tertuju kepada Allah, ia terus berhubungan dengan-Nya dengan damai dan tenang, hatinya penuh dengan keyakinan bahwa ia berada dalam pengawasan Allah, Tuhan semesta alam. Hati Sarah terus larut dalam dzikir kepada Allah, mulutnya tidak henti-hentinya menyanjung Allah dan tak berhenti berdzikir  sedetik pun. Seluruh panca indranya senantiasa menyatu hanya kepada Allah dan ia tahu bahwa dirinya termasuk hamba-hamba Allah yang salih. Ia pun tahu bahwa sebagai  istri nabi mulia disisi Allah, Allah tidak akan menelantarkannya.
Raja Mesir amat terpesona dengan kecantikan Sarah, dan seluruh tubuhnya merasakan gemetar  yang tidak tahu sebabnya, seakan-akan dia merasakan ketakutan yang amat sangat yang menyelimuti hati dan perasaannya. Sebenarnya Kegemetaran tersebut adalah  pringatan Ilahiyah. Lalu sang raja melihat Sarah untuk kedua kalinya dengan pandangan yang mengandung penghkhianatan. Dan kegemetaran lain muncul serta menyusup ke tulang hingga ke persendiannya terutama ketika setan berbisik kepadanya untuk mendekati sarah “Mendekatlah engkau kepada wanita tersebut”
Allah menjaga kesucian sarah
Raja Mesir tersebut kemudian mendekati sarah dan berusaha hendak menjamahnya, namun secara tiba-tiba seluruh tubuhnya menjadi kaku dan tak dapat berbuat apa-apa  ia merasa seperti ada kekuatan yang menghentikan nafas, gerakan tangannya dan hanya mulutnya saja yang dapat ia gerakkan. Hingga ketakutan menyelimuti hati sang raja dengan dahsyatnya, ia nyaris benar-benar  tidak tahu apa yang harus diperbuat.  Disisi lain, Sarah terus terhanyut dalam munajat hangat dengan Tuhannya, dan ia merasa ada sinar yang menyinari jiwanya, dan adanya ketenangan dan kedamaian dalam hatinya
Sarah pun berkata “Ya Allah, jika Engkau mengetahui aku beriman kepada-Mu dan rasulMu, serta Engkau tahu aku menjaga kemaluanku kecuali untuk suamiku, maka jangan kuasakan orang kafir ini kepadaku”
Sang raja Mesir pun berkata kepada Sarah “Hai perempuan, berdo’alah kepada tuhanmu agar Dia membebaskanku, aku berjanji tidak akan menganggumu dan tidak akan mengulangi perbuatanku ini”
Lalu Sarah berdo`a kepada Allah agar Dia melepaskan raja yang zhalim ini, dan seketika itu pula sang raja terbebas laksana terlepas dari ikatan tali yang amat kuat, namun setan kembali merayu sang raja agar ia mengulurkan tangannya kembali kepada sarah ia telah melanggar janjinya. Dan untuk kedua kalinya tangannya menjadi lumpuh dan ditarik dengan tarikan yang amat kuat, seketika itu pula sang raja berkata lagi kepada Sarah “Berdo`alah engkau kepada Tuhan yang engkau sembah, agar Dia melepaskanku dan aku benar-benar berjanji tidak akan mengulangi perbuatan keji ini” kemudian Sarah berdo`a lagi kepada Allah dan seketika itu pula sang raja terbebas kembali. Kejadian  itu terjadi dan berulang hingga beberapa kali, hingga akhirnya, sang raja benar-benar dibuat tidak berdaya. Sekujur badannya lumpuh layu, dan ia melihat Sarah dengan pandangan penuh harap, dan meminta belas kasihan dari Sarah, lalu sang raja berkata kepada Sarah dengan suara lirih “Hai perempuan, ampuni aku, dan berdo`alah kepada Tuhanmu agar Dia membebaskan aku, dan aku tidak akan mengulangi perbuatanku untuk selama-lamanya”
Ketika Sarah melihat keseriusan pada diri sang raja, maka iapun kembali berdo`a kepada Allah untuk membebaskan sang raja, dan dengan seketika sang raja terbebas dan tubuhnya menjadi normal kembali seperti sedia kala.
Sang raja berkata kepada Sarah dengan suara lirih “Hai perempuan, betapa taatnya Tuhanmu ketika engkau berdo`a untukku”
Sarah berkata kepada sang raja dengan penuh keyakinan iman “Dan engkau sendiri pun bisa begitu, jika engkau taat kepada Tuhan tersebut, niscaya Dia akan taat kepadamu”
Allahu akbar, Allah Maha besar, betapa agungnya kata-kata tersebut , “Sungguh, jika engkau taat kepada-Nya, niscaya Dia juga akan taat kepadamu” Allahu akbar, Allah Maha besar, jadi jujur bersama Allah akan menghasilkan kemukjizatan dan membuat orang bisa berkata penuh hikmah dan tepat. Sungguh betapa indahnya berhubungan dengan Allah.
Setelah kejadian itu, Raja mesir tersebut segera memanggil pejabat yang membawa Sarah kepadanya dan berkata “Keluarkan wanita ini dari hadapanku, karena engkau tidak datang kepadaku dengan membawa wanita melainkan setan” (syaikh Ibnu Hajar menjelaskan tentang hal ini “bahwa sebelum kedatangan islam, manusia sangat mendewa-dewakan jin, dan mereka berpendapat bahwa seluruh kejadian luar biasa yang terjadi adalah karena perbuatan jin). Kemudian sang raja menghadiahkan budak wanita bernama HAJAR kepada Sarah, dan setelah itu ia memerintahkan agar Sarah dan Ibrahim keluar dari negrinya

ooooOOOOOOoooo

Senin, 21 Juli 2014

Kisah Nabi Ibrahim As Mencari Tuhan




Beliau adalah seorang rasul Allah yang diutus kepada satu kaum di negeri irak yang dikuasai oleh raja Namrud. Nabi ibrahim as adalah putera dari Aaazar (tarih) bin tahur bin saruj rau’ bin falij bin Aaabir bin syalih bin arfakhsyad bin saam bin nuh as. Ayahnya adalah pembuat patung untuk sesembahan. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam Aram” dalam kerajaan “Babylon” yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin kan’aan”,
Kerajaan babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba kecukupan sandan maupun pangan serta sarana prasarana yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka berada ditingkat jahiliyah. Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengaruniakan mereka dengan segela kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka namrud bin kan’aan menjalankan tampuk pemerintahan dengan tangan besi dan kekuasaan mutlah tanpa adanya undang-undang. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undangn yang tidak dapat dilanggar atau ditawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup berlebih-lebihan yang ia nikmati lama kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Dia merupakan seorang raja yang kejam. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai Tuhan. Ia berpikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat dari batu yang tidak dapat memberikan manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dia saja yang disembah sebagai Tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar dan dapat berpikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina dina menjadi orang yang mulia. Di samping itu, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Mencari Tuhan dan akhirnya Menemukan Alloh
Ketika masih anak-anak Ibrahin sudah dapat merasakan kesesatan kaummnya yang menyembah berhala. Lalu Nabi ibrahim merenung dan berfikir, siapa kah Tuhan yang sebenarnya? Pada suatu malam, Nabi Ibrahim as kagum akan bintang-bintang yang ada di langit. Ia menganggap bahwa itu adalah Tuhan. Namun kemudian ia kecewa ternyata bulan lebih besar dari pada bintang. Ia menganggap pula bahwa bulan adalah Tuhannya yang sebenarnya. Namun ketika menjelang pagi Nabi ibrahim terkejut karena bintang dan rembulan yang semalam diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari pandangan. Nabi Ibrahim as pun kecewa lagi.
Lalu muncul pula matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Ia mengganggap bahwa matahari itulah Tuhannya. Sekali lagi Nabi Ibrahim as kecewa karena matahari juga hilang karena malam tiba. Akhirnya Nabi Ibrahim as mengetahui bahwa ALlah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Ayah Nabi Ibrahim as adalah seseorang yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Nabi Ibrahim as sebagai calon rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, jauh jauh telah diilhami akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah pebuatan yang sesat yang menandakan kebodohan dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang MAha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya, nabi ibrahim as sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajajakn baran-barang itu.
Melihat Bukti Kekuasaan Alloh
Nabi ibrahim yang sudah berketatapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala yang terjadi  dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan keyakinannya, menentramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin sesekali mengganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada ALlah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau mengidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman : “ Tidaklah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ? “
Nabi Ibrahim menjawab  : “Benar, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan  percaya pada Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat mendapat ketentraman dan ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan Mu.”
Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur baurkan kemudian tubuh burung yang sudah hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukti dari empat  bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim as memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian tubuh burung dari bagian yang lain.
Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa seperti sediakala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim as kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu didepannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim as untuk menetramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “kun” yang difirmankan oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikehendakinya “Fayakun”

 

Minggu, 20 Juli 2014

Tinggalkan Salat, Jenasah Dicabik Malaikat




Kehidupan di alam kubur adalah nyata. Semua orang pasti akan mengalaminya. Dizaman umar bin Abdul Aziz Ra, terdapat pemuda yang mati meninggalkan salat. Di dalam kubur, jasadnya dicabik-cabik malaikat. Nauzubillah!
Kisah tersebut diriwayatkan Umar Bin Abdul Aziz saat tengah mengurusi jenasah salah seorang kerabatnya, sebut saja namanya Komar. Setelah dimandikan, dikafani, dan disalati, kemudian jenasah itu dibawa kepemakaman umum. Tak memakan waktu terlalu lama, jenazah pemuda lajang itu pun telah selesai dikuburkan. Orang-orangpun lalu meninggalkan makam tersebut.
Begitu juga dengan Umar, Namun beberapa langkah dirinya meninggalkan makam itu, tiba-tiba Umar mendengar suara yang datang dari makam baru itu. Umar menduga suara itu datangnya dari malaikat yang bertugas di lama kubur. “ Wahai Umar Bin Abdul Aziz, maukah kuberitahu apa yang akan kuperbuat dengan orang yang kau cintai ini? ” kata suara itu.
“ Tentu, ceritakanlah kepadaku “  jawab Umar penasaran.
“ Akan Aku bakar kain kafannya, kurobek badannya dan kusedot darahnya, serta kukunyah dagingnya. Maukah kau kuberitahu apa yang kuperbuat dengan anggota bandanya? ” ujar suara dari dalam kubur dengan agak keras.
Daging di cabut.
Mendapat jawaban dari suara itu, Umar heran. “ lalu, apa yang terjadi pada anggota badannya?” tanya umar lagi.
“ Aku cabut degingnya satupersatu dari telapak tangannya, lalu dari tangan ke lengan, dan dari lengan menuju pundak. Kucabut pula lutut dari pahanya. Lalu paha dari lututnya. Kucabut pula lutut dari betis. Dari betis menuju telapak kakinya,” Kata suara itu menyeramkan.
“ Ceritakan kepadaku, apa yang dilakukan jenazah itu didunia sehingga ia mendapatkan siksa kubur itu? ” Kata umar sekali lagi
  ketahuilah, Umar dunia hanya sedikit. Kemuliaan di dalamnya adalah kehinaan.Pemuda ini larut dalam kenikmatan dunia yang semu sehingga melupakan Allah SWT, Pemuda ini telah lalai dengan salat,” ujar suara yang diperkirakan dari malaikat munkar dan nakir itu.
Fitnah dunia
Mendengar penjelasan suara tersebut, Umar menangis. Ia banyak merenung dan menghimbau kepada orang-orang yang masih hidup untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, diantaranya melaksanakan salat, puasa dan sebagainya. Umar semakin giat mengingatkan kepada umat manusia, tentang  hakikat kesenangan dunia yang kadang menipu.
“ Celaka jenazah yang tertipu oleh dunia, di kubur tidak ada perbedaan siang dan malam, tertutup kesempatan beramal, serta mereka berpisah dengan kekasih dan keluarga. Istri-istrinya dinikahi orang lain. Anak-anaknya bebas bermain. Kerabatnya sibuk membag-bagi rumah dan harta tinggalannya, karenanya tingkatkan ibadah kepada Allah SWT,” demikian salah satu dakwah umar mengingatkan siksa kubur. Selain rajin mengingatkan umat islam lainnya, Umar juga banyak membuat syair tentang alam kubur. Salah satunya syairnya berbunyi, “ Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari bagaimana dunia bisa menipumu? Dimana  minyakmu ( wewangian untuk orang mati ) dan diman dupamu? Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi. Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku? Celakalah aku dalam keadaan bagaimana akau kelak bertemu dengan malaikat maut, saat ruhku meninggalkan dunia? Keputusan apakah yang diturunkan oleh rabbku? ”
Bila membaca syair itu, umar akan terus menangis seolah telah merasakan kepahitan dari siksa kubur itu. Namun tak lama kemudian, akhirnya Umar meninggal dunia. Ia meninggal dunia dalam keadaan penuh tobat kepada Allah SWT.

Jumat, 18 Juli 2014

Hina Raja, Berhadiah Uang



Kisah Abunawas

Ada-ada saja yang dilakukan Abu Nawas untuk mendapatkan uang. Bukannya dengan bekerja keras, Abu Nawas malah menghina Raja Harun. Tentu saja raja marah, namun karena kecerdikan Abu Nawas, sang raja malah memberinya sekantung uang.
Setelah kematian ayahnya, Abu Nawas bagaikan tak bersemangat lagi dalam menjalani hidup. Berhari-hari ia meratapi kepergian ayahnya hingga tidak masuk kerja. Akibatnya Abu Nawas pecat dari tempatnya bekerja. Praktis setelah itu Abu Nawas tak mempunyai uang sama sekali. Padahal istri dan anak-anaknya  di rumah sangat membutuhkan uang tersebut untuk makan dan membeli barang-barang keperluan sehari-hari.
Kebetulan saat itu ia dipanggil oleh raja Harun Al Rasyid untuk menghadap. Rupanya sang raja ingin menawarkan pekerjan sebagai penghulu kepada Abu Nawas. Namun Abu Nawas tak menyukai sama sekali pekerjaan yang selama hidupnya di lakukan almarhum ayahnya itu. Abu Nawas bingung, di satu sisi ia ingin dapat uang banyak seketika, tetapi disisi lain ia tak menyukai tawaran dari raja Harun.
Ketika pengawal mengajaknnya ke istana, Abu Nawas berpura-pura gila. Ia mengambil sebatang pohon pisang  yang dibentuk menjadi seperti kuda-kudaan. Setelah itu ia tunggangi sambil berlari dari rumah ke makam ayahnya. “ Hal Abu Nawas, engkau dipanggil raja sekarang juga,” kata pengawal kerajaan dengan nada tinggi.
“ Tidak mau, lebih baik kamu cepat  ambil kudaku ini dan  kau mandikan di sungai,” jawab Abu Nawas sambil terus berlari-lari seperti anak kecil.
Hina Raja
Akhirnya pengawal membawa paksa Abu Nawas. Ketika menghadap raja, Abu Nawas juga masih berpura-pura gila. Setelah tiba di hadapan baginda raja, ia membuat pernyataan yang tidak masuk akal dan menghina raja Harun. “ Baginda , terasi itu berasal dari udang, dan udang itu adalah baginda,” kata Abu Nawas layaknya orang gila.
“ Kurang ajar kamu menghinaku,” ucap Raja Harun marah. Akhirnya, raja menyuruh pengawal untuk memukul Abu Nawas sebanyak 50 kali. Usai dipukul , Abu Nawas diusir keluar istana. Ketika sampai dipintu gerbang kerajaan, ia dicegat oleh penjaga pintu gerbang. “ Hai Abu Nawas, tempo hari ketika kamu hendak masuk ke kota ini kita telah sepakat mengadakan perjanjian. Jika engkau diberi hadiah                , engkau akan membagi separonya kepadaku, sekarang mana bagianku itu?” ucap penjaga.
“ apakah kau benar-benar menginginkan hadiah dari baginda yang diberikan kepadaku tadi?” kata Abu Nawas memastikan.
Ganti Rugi
Penjaga itu mengangguk. Tanpa pikir panjang, Abu Nawas langsung memukl penjaga itu sebanyak 25 kali pula. Karena tidak terima dengan perlakuan kasar dan sewenang-wenang  Abu Nawas, penjaga itupun melaporkan Abu Nawas ke baginda Raja. “ Hai Abu Nawas, benarkah kamu telah memukul penjaga pintu gerbang kerajaan ini?” kata raja Harun.
“ Ampun Tuanku, hamba hanya melaksankan kesepakan serta perjanjian yang telah hamba adakan sebelumnya  dengan penjaga pintu gerbang ini. Yaitu jika hamba diberi hadiah oleh baginda, hadiah tersebut akan kami bagi dua. Karena hamba menerima 50 kali pukulan, maka hamba pukul dia 25 kali,” jelas Abu Nawas.
Penjaga gerbang terpojok dengan penyataan Abu Nawas. Karena kedoknya terbuka di hadapan raja. Akhirnya penjaga gerbang mendapat hukuman pukul sebanyak 25 kali.
“ Baginda, hamba minta ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan baginda. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba,” kata Abu Nawas
“ baiklah, aku akan memberikan Sekantung uang kepadamu karena kecerdasan otakmu,” kata raja Harun sambil tertawa. Bukan main gembiranya hati Abu Nawas mendapatkan uang yang banyak dalam waktu sekejab.01 les