Sabtu, 30 Agustus 2014

BIDADARI UNTUK UMAR R.A.



Umar r.a. adalah salah satu dari sahabat Rasulullah saw Semenjak ia memeluk Islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani solat dan tawaf dika’bah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang wara, ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surat Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah Saw. "Wahai Rasulullah saw apakah kehidupanku telah mencerminkan surat Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surat berikutnya".Rasulullah saw  menjawab, "Sudah..."!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah Swt. Karena kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Quran yang diturunkan Allah Swt.berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman arak, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Alquran lainnya.
Rasulullah Saw. seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalananya mi'raj menghadap Allah Swt. Rasulullah Saw dan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah swt kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah saw dimi'rajkan menghadap Allah swt malaikat Jibril a.s. memperlihatkan kepada Rasulullah s.a.w. taman-taman surga. Rasulullah saw melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah saw  bertanya kepada Jibril a.s., "Wahai Jibril, bidadari siapakah itu"?. Malaikat Jibril a.s. menjawab, "Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.". Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Kerana sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah Swt. maka saat itu juga Allah Swt menciptakan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya".

Sabtu, 23 Agustus 2014

Kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha




Allah Yang Maha kuasa menguatkan Nabi Yusuf as di muka bumi. Setelah dibuang disumur dan dijual di pasar ia kemudian tinggal di rumah seorang pria yang berkuasa dan Allah SWT akan mengajarinya takwil mimpi. Hari demi hari berlalu. Nabi Yusuf as pun semakin tumbuh menjadi dewasa.  Nabi Yusuf as oleh Allah diberi kemampuan untuk mengendalikan suatu masalah dan ia diberi pengetahuan tentang kehidupan dan peristiwa peristiwanya. Ia juga diberi kemampuan berdialog yang dapat menarik simpati orang yang mendengarnya. Nabi Yusuf as diberi kemuliaan sehingga ia menjadi pribadi yang agung dan tak tertandingi.  Tuannya mengetahui bahwa Allah SWT memuliakannya dengan mengirim Nabi Yusuf as padanya. Ia mengetahui bahwa Nabi Yusuf memiliki kejujuran, kemuliaan, dan istiqamah (keteguhan) lebih dari siapaun yang  pernah ia temui selama hidupnya. 
Sementara itu, Zulaikha isteri  Al-Azis sang pembesar mesir itu selalu mengawasi Nabi Yusuf as. Ia selalu duduk disampingnya dan mengajaknya berbincang-bincang bersamanya. Setiap gerak-gerik Nabi Yusuf selalu diperhatikan dan diamati serta selalu didengarkannya setiap jawaban atas pertanyaan yang dilontarkannya kepada Nabi Yususf. Hingga, kekagumannya semakin besar dan bertambah pada Nabi Yusuf as.
Al Qur an tidak menyebut sedikit pun tentang berapa usia wanita itu dan berapa usia Yusuf. Kita dapat mengamati hal itu hanya dengan perkiraan. Ia menghadirkan Yusuf saat beliau masih kecil dari sumur. Dia adalah seorang isteri yang misalnya berusia dua puluh tiga tahun, lalu ia berusia tiga puluh enam, sementara Yusuf  berumur dua puluh lima tahun. Apakah peristiwa itu memang terjadi di usia ini? Boleh jadi memang demikian. Tidakan wanita tersebut dalam peristiwa itu serta peristiwa sesudahnya menunjukkan bahwa ia wanita yang sudah matang dan cukup berani. Peristiwa yang diungkapkan oleh Al Qur an ini merupakan puncak dari perisitwa peristiwa yang lalu.
Zulaikha jatuh cinta pada Nabi Yusuf
Zulaikah sang isteri Al Azis sangat mencintai Nabi Yusuf as. Ia merayunya dengan  terang terangan. Nabi Yusuf as yang telah terdiidik di istana seorang menteri besar di mesir dengan lingkungan yang mewah dan dikelilingi wanita yang cantik, di rayu oleh Zulaika dengan rayuan yang umumnya dilakukan oleh wanita pada laki-laki.
Meskipun telah dirayu oleh wanita yang sudah dirasuki nafsu, namun Nabi Yusuf as masih kuat ketaqwaannya. Sang wanita itu bosan karena sikap cuek dan tidak peduli Nabi Yusuf terhadapnya namun menganggap sikap Nabi Yusuf tersebut pura pura, atau menjaga image saja. Ia pun mengubah cara menggoda bukan lagi dengan bahasa isyarat, namun dengan menggoda yang lebih terang terangan. Wanita itu menutup semua pintu dan melupakan rasa malunya, kemudian ia mengunggapkan rasa cintanya Nabi Yusuf as.
Nabi Yusuf as merupakan salah satu hamba Alla yang ikhlas, maka ia akan tersucikan dari berbagai dosa. Namun bukan berarti bahwa Nabi Yusuf as tidak memiliki nafsu sebagai seorang lelaki dan selain itu bahwa Nabi Yusuf bukan seperti malaikat yang tidak terpengaruh oleh rasa duniawi. Godaan dari wanita itu merupakan godaan yang cukup berat, namun beliu mampu untuk melawannya, karena jiwanya tidak cenderung pada nafsunya.  Kemudian atas izin Allah, jiwanya dibimbing dan ditenangkan karena ketakwaannya yang mampu melihat tanda-tanda kebenaran dari Tuhannya. Apalagi Nabi Yusuf as adalah putera Nabi Ya’qub as, seorang Nabi, Putera dari Ibhraim, yang merupakan kakek dari para Nabi dan kekasih Allah SWT.
Terjadilan pergelutan antara mereka berdua. Percakapan telah berubah dari basa lisan menuju bahasa tangan. Zulaikha  mengulurkan tangannya kepada Yusuf dan berusaha untuk memeluknya. Nabi Yusus as berputar dalam keadaan pucat wajahnya dan berlari menuju ke pintu. Lalu ia dikejar oleh wanita itu dan wanita itu menarik-narik pakaiannya. Keduanya sampai ke pintu. Namun tiba tiba itu terbuka, suaminya dan salah satu kerabatnya ada di muka pintu yang terbuka itu.
Setelah melihat suaminya ada di hadapannya, ia segera menggunakan kelicikannya. Saat itu tampak jelas bahwa sedang terjadi pergelutan. Nabi Yusuf as tampak gemetar dengan penuh rasa malu dan butiran-butiran keringat mengalir dari keningnya. Sebelum suaminya membuka mulut untuk memulai pembicaraan, wanita yang sebelumnya merayu Nabi Yusuf as itu mendahului berbicara dengan melontarkan tuduhan kepada Nabi Yusuf as, seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
 “Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata : “apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih” (Qs : 12 : 25)
 Wanita itu menuduh Nabi Yusuf as telah merayunya. Ia mengatakan bahwa Yusuf berusaha memperkosanya. Nabi Yusuf as memandangi wanita itu dengan kepolosan dan kesabaran.  Sebenarnya Nabi Yusuf as berusaha menyembunyikan rahasia wanita itu namun ketika ia mulai menuduh Nabi Yusuf as terpaksa membela diri.
 Yusuf berkata : “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya)” dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksian : “Jika baju gamis koyak di muka, maka wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusata. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itu yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar” (Qs 12 : 26 – 27)
Kini giliran si suami menunjukkan reaksinya. Kami kira ia berkata : “Pelankanlah suara kalian berdua. Sesungguhnya di rumah ini terdapat banyak budak dan pembantu. Ini adalah masalah khusus”. Kepala menteri itu adalah seorang tua yang terkenal tenang dan tidak gampang emosi. Kemudian kepala menteri itu duduk dan mulai mengusut kejadian itu. Ia bertanya kepada isterinya dan juga bertanya kepada Yusuf. Kemudian orang yang ada di dekat wanita itu berkata : “Sesungguhnya kunci persoalan ini terletak pada pakaian Yusuf. Jika pakaiannya robek dari depan, maka berati Yusuf memang ingin memperkosanya. Wanita itu akan merobek pakaian Yusuf untuk mempertahankan dirinya”
 Si suami berkata : “Lalu bagaimana jika pakaiannya robek dari belakang”. Seorang penengah dari keluargannya berkata : “Maka ini berarti wanita itu yang merayunya. Jadi kunci dari peristiwa ini ada pada pakaian Yusuf”. Akhirnya, pakaian itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Kemudian seorang penengah dari keluarga mengamati robek dari belakang. Selanjutnya, kepala menteri itu pun melihatnya dan ia juga menemui bahwa pakaian itu robek dari belakang. Sehingga secara langsung tuduhan itu malah berbalik kepada si isteri.
Ketika sang suami memastikan pengkhianatan isterinya, ia tampak begitu tenang dan tidak menunjukkan emosi yang berlebihan seperti kebanyakan orang, bahkan ia tidak sampai berteriak dan tidak marah. Jabatan menteri yang disandangnya memaksa untuk bersikap penuh ketenangan dan kelembutan ketika menghadapi suatu persoalan.
 “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar”. Ia menegaskan bahwa tipu daya perempuan umumnya sangat besar (berbahaya).
Kemudian ia menoleh pada Nabi Yusuf as, dan kemudian si suami merasa bahwa ia belum mengatatakan sesuatu pun kepada isterinya selain pertanyaan yang berhubungan dengan tipu daya kaum wanita secara umum. Ia ingin berkata kepada isterinya tentang sesuatu yang khusus. Ia berusaha untuk bersikap keras pada isterinya tetapi kekerasan itu berakhir dengan kelembutan yang terwujud dalam ucapannya :
 “(hai) Yusuf : “Berpalinglah dari masalah ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah”
Setelah pernyataan yang pertama dan nasihat yang terakhir, si suami mengakhiri masalah tersebut, lalu Nabi Yusuf as pun pergi. Tuan rumah itu tidak meminta perincian peristiwa yang terjadi antara iserinya dan pemuda yang mengabdi kepadanya. Yang ia minta adalah agar pembicaraan itu ditutup sampai di sini saja.

Jari tangan terpotong

Masalah mengenai isteri menteri yang menggoda Yusuf  ternyata tidak bisa ditutup untuk kalangan terbatas. Meskipun terjadi di kalangan masyarakat yang terpandang tidak dapat begitu saja ditutup. Sehingga masalah yang niatnya tidak untuk diketahui orang banyak itu tersebar ke mana-mana. Peristiwa itu tersebar dari satu istana ke istana istana penguasa saat itu. Kemudian wanita-wanita yang tinggal di istana itu mulai ramai-ramai menjadikan bahan pembicaraan. Beberapa saat kemudian kejadian itupun tersebar ke penjuru kota.
Sehingga pada akhirnya berita tersebut pindah dari satu mulu ke mulut lainnya, dari satu rumah ke rumah lainnya sehingga sampailah berita yang memalukan itu sampai di terlinga isteri Al Azis atau menteri. Ia pun ingin membuat pembelaan diri dengan mengundang para isteri-isteri pembesar lainnya untuk datang ke rumahnya, untuk dijamu dengan makanan dan minuman.
Isteri AL Aziz yang sebelumnya pernah menggoda Nabi Yusuf ini terdiam sebentar, seperti sedang berfikir. Kemudian ia menetapkan sesuatu dan memerintahkan untuk mendatangkan para juru masak. Para juru masak pun datang ke istana. Ia memberitahu kepada mereka bahwa ia akan menyiapakan suatu jamuan besar di istana. Ia telah menentukan berbagai macam hidangan dan minumannya. Kemudian ia memerintahkan agar meletakkan pisau pisau yang tajam di sebelah buah apel yang dihidangkan, dan juga diletakkan kain putih di sebelah wadah atau piring-piring yang ada ada apelnya, juga diletakkan batal-bantal yang memang ketika itu menjadi tradisi di masyarakat timur. Selanjutnya ia membuat undangan untuk para kaum hawa yang membicarakan petualangan cintanya dengan Nabi Yusuf as.
Ketika para tamu undangan telah hadir, isteri menteri itu memanfaatkan acara itu untuk menunjukkan seorang pemuda yang paling tampan dan mengagumkan. Perlu diketahui, bahwa undangan tersebut hanya untuk wanita saja, sehingga para wanita lebih leluasa dan lebih bebas dalam bercerita dan mengobrol. Para undangan itu duduk dan bersandar di batal-bantal sambil menikmati makanan dan minuuman. Pesta jamuan terus berlangsung dengan hidangan yang istimewa dan minuman yang dingin dan sangat menyenangkan .
Selain menikmati makanan, mereka juga penuh dengan obrolan dan canda tawa. Namun setiap wanita itu sengaja menahan agar tidak sampai membicarakan tentang Nabi Yusuf as. Mereka sebenarnya mengetahui semua kejadian antar Isteri menteri dan Nabi Yusuf as. Namun mereka tidak ingin membicarakan untuk memberikan sikap sopan kepada tuan rumah, dan bersikap seolah olah tidak tahu menahu soal itu. Itulah aturan yang biasa dipegang oleh masyarakat elit ketika itu.
 Namun zulaikha justru membuka persoalan  itu kepada para tamu undangan, ia mengatakan : “Aku mendengar ada wanita wanita yang mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada pemuda yang bernama Yusuf” Setelah mengatakan itu, tiba tiba muncul keheningan yang menyelimuti meja makan itu, tangan tangan para undangan pun tiba tiba berhenti bergerak. Isteri menteri itu benar benar nggunakan kesempatan itu. Ia bercerita sambil memerintahkan para pembantunya untuk menghadirkan apel. Lalu dengan nada serius  mengatakan “Aku mengakui bahwa memang Yusuf pemuda yang mengagumkan. Aku tidak mengingkari bahwa aku benar-benar mencintainya, dan aku telah mencintainya sejak dulu.”  Kemudian wanita-wanita itu mulai mengupas apel. Ketika itu peradaban di Mesir telah mencapai puncak, dimana gaya hidup mewah menghiasai istiana-istana.
Pengakuan dari iseri Menteri itu menimbulkan suatu kedamaian umum di ruanga itu. Jika isteri menteri saja mengakui bahwa ia memang jatuh cinta pada Nabi Yusuf as maka pada gilirannya mereka pun berhak untuk mencintainya. Meskipun demikian, mereka mengisyaratkan bahwa seharusnya isteri menteri tidak cenderung pada Nabi Yusuf as justru ia harus menjadi tempat cinta. Seharusnya ia yang dikejar lelaki, bukan sebaliknya. Isteri menteri itu mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar Nabi Yusuf as masuk ke dalam ruangan itu.
Nabi Yusuf yang dipanggil oleh majikannya pun datang masuk.  Para tamu atau kaum wanita saat itu masih mengupas buah, dan belum lama Nabi Yusuf as memasuki ruangan itu sehingga terjadilah apa yang dibayangkan oleh isteri menteri. Tamu-tamu wanita itu tiba tiba membisu. Sungguh mereka tercengang ketika menyaksikan wajah yang bercahaya yang menampilkan ketampanan yang luar biasa, ketampanan malaikat. Para tamu wanita itu terdiam dan mereka bertakbir, dan pada saat yang sama mereka terus memotong buah yang mereka pegang. Di saat yang sama mata terus tertuju hanya pada Nabi Yusuf as, mereka pun tidak ada yang melihat buah yang sedang mereka potong, sehingga wanita wanita itu justru memotong tangannya sendiri namun mereka tidak merasakan bahwa tangan mereka terpotong. Kehadiran Nabi Yusuf as sungguh sangat mengagumkan, sampai sampai tidak merasakan sakit dan keluar darah ketika tangan mereka terpotong.
Kemudian tiba tiba isteri menteri itu berdiri dan berkata : “Inilah dia orang yang menaklukkan aku karena daya tariknya. Memang tidak aku pungkiri bahwa aku pernah merayunya dan menggodanya untuk diirku. Di hadapan kalian ada handuk putih untuk membalut luka. Sungguh kalian telah dikuasai oleh Yusuf, maka lihatlah apa yang terjadinya pada tangan-tangan kalian” Kemudian pandangan para wanita itu tertuju ke arah jari jari mereka yang terpotong oleh pisau yang tajam namun tidak merasakan.
Nabi Yusuf melihat ke arah bawah (tanah) atau mengarahkan pandangannya ke depan tanpa ada maksud tertentu, tetapi ketika disebut ada darah yang keluar dari sekitar tempat jamuan itu, maka ia pun melihat ke arah tempat jamuan itu. Nabi Yusuf as dikejutkan dengan adanya darah yang mengalir di sekitar buah apel yang keluar dari jari-jari wanita itu. Nabi Yusuf as pun segera mendatangkan perban dan air seperti biasa yang dilakukan pemuda yang bekerja di istana. Isteri menteri berkata saat Nabi Yusuf as membalut luka yang diderita oleh para wanita : “Sungguh aku telah menggodanya namun ia mampu menahan dirinya. Jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina”
Yusuf berdiri di tengah-tengah ujian yang berat ini dengan penuh keheranan :  “Yusuf berkata : “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (menuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh” (Qs : 12 : 33)
Semua wanita yang ikut serta dalam undangan itu mencoba merayu Nabi Yusuf as dengan menggunakan lirikan, gerakan gerakan tertentu, atau syarat, atau dengan bahasa yang jelas. Yusuf memohon pertolongan kepada Allah Yang Maha Bijaksana agar ia diselamatkan dari tipu daya mereka. Ia berdoa kepada Allah sebagai seorang manusia yang memiliki nafsu agar tidak terpedaya dengan kemaksudtannya dan ke Nabiannya. Ia berdoa kepada Allah agar memalingkan tipu daya mereka darinya sehingga ia tidak cenderung kepada mereka dan kemudian orang orang yang bodoh. Allah mengabulkan doanya. Kemudian jari-jari wanita yang terputus mulai merasakan kesakitan, dan Nabi Yusuf meninggalkan ruang makan itu. Setiap wanita sibuk membalut lukanya dan mereka berfikir tentang alasan apa yang akan mereka sampaikan ketika ditanya oleh suami mereka mengenai luka pada tangan mereka?
Selanjutnya para wanita mulai membicarakan Nabi Yusuf as, tentang pengaruhnya, kewibawaannya dan kemuliannya. Mereka mulai bercerita bagaimana mereka dengan tanpa sengaja memotong tangan mereka sendiri ketika melihat Nabi Yusuf. Selanjutnya berita heboh itupun mulai tersebar dari kalangan atas ke kalangan bahwa. Semakin banyak manusia yang mulai membicarakan sosok pemuda yang menolak keinginan isteri seorang ketua menteri dan isteri-isteri dari para menteri memotong tangan mereka karena terlalu terpesona oleh ketampanan Yusuf. Andai saja berita itu hanya diketahui oleh kalangan terbatas tentuya tidak banyak orang memperhatikan berita itu. Namun berita itu talah menyebar dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Sehingga membuat penguasa merasa gusar. Yang pada akhirnya menyebabkan nabi yusuf dimasukkan penjara.
Ooo0000ooo





Rabu, 20 Agustus 2014

Kekayaan yang Tak Pernah Habis



Jika Kita Ikhlas beramal dan senang membantu Fakir miskin, Allah tidak akna pernah mengurangi amalan atau kekayaan tersebut, tetapi sebaliknya, Allah senantiasa melipat gandakan rezeki seseorang.
Ada seorang pedagang bernama Abdul Malik. Ia terkenal sebagai orang baik dari khurasan karena hartanya yang sangat banyak dipergunakan untuk memberikan sedekah dan mengadakan pesta bagi kaum miskin.
Tetapi pada suatu hari terjadilah sesuatu, ketika ia memberikan sebagian dari apa yang dimikinya, ia merasakan bahwa kesenangan yang diperolehnya dari kedermawanannya jauh lebih besar dari apa yang ia korbankan, yakni dengan memberikan sebagian kecil saja hartanya.
Segera saja ketika pikiran ini merasuki hatinya, ia memutuskan untuk memberikan semua harta yang dimiliknya untuk kebaikan manusia. Dan ia terus menerus melakukan seumur hidup.
Mendapat Emas
Tak lama kemudian,semua kekayaannya habis. Abdul Malik memasrahkan diri pada apa yang akan terjadi. Ketika berdoa, ia melihat sesosok aneh muncul dari lantai kamarnya. Seorang manusia dengan mewujud perlahan di hadapannya, berpakaian compang-camping seperti seorang darwis yang misterius. Darwis sendiri adalah julukan untuk seorang saleh yang berpegang kepada kaidah yang berasal dari mazhab yang saleh pada zaman sufi tersebut.
“ Wahai Abdul Malik, manusia khurasan yang dermawan!” kata roh itu.
“ Siapa gerangan? “ tanyanya
“ Aku tidak lain adalah dirimu sendiri, yang sekarang menjadi hampir nyata dihadapanmu karena kau telah melakukan sesuatu yang benar-benar dermawan sehingga membuat kebaikan yang pernah kau lakukan sebelumnya tiada tandingnya. Membagi-bagikan hartamu tanpa merasakan kepuasan pribadi, aku menghadiahkanmu dari sumber anugerah sejati,” kata si roh.
“ Dimasa datang, aku akan muncul dihadapanmu dengan cara seperti setiap hari. Pukullah aku dan aku akan berubah menjadi emas. Kau boleh mengambil emas dari wujudku ini sebanyak yang kau mau. Jangan takut bahwa kau akan menyakitiku karena apapun yang kau ambil akan diganti oleh sumber segala Rahmat,” Setelah berkata demikian, roh itu menghilang.
Kekuatan Aneh
Pada pagi hari, salah seorang temannya, Bay-Akal, duduk-duduk bersama Abdul Malik, ketika roh darwis itu muncul di hadapan mereka Abdul Malik memukulnya dengan tongkat. Seketika roh itu terjatuh kelantai dan berubah menjadi emas. Ia mengambil sebagian untuk dirinya sendiri dan sebagian lagi untuk tamunya itu.
Sekarang Bay-Akal, karena tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, mulai berpikir bagaimana dirinya dapat melakukan hal yang sama. Ia tahu bahwa darwis memiliki kekuatan yang aneh dan ia menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan emas, cukup dengan memukul mereka. Karenanya, ia mengadakan sebuah pesta dan semua darwis yang mendengar berita itu boleh datang. ketika mereka semua telah makan enak, Bay-Akal mengambil sebatang besi dan memukul semua darwis itu sampai mereka jatuh diatas tanah tak berdaya. Darwis-darwis yang selamat dari amukan Bay-Akal membawanya ke pengadilan. Mereka mengadukan kasus mereka dan membawa darwis yang terluka sebagai bukti. Bay-Akal mengaitkan apa yang terjadi dengan peristiwa di rumah Abdul Malik dan menjelaskan alasannya untuk mengelabuhi hakim.
Abdul Malik dipanggil dan ketika dalam perjalanan menuju pengadilan, roh emasnya berbisik kepadanya tentang apa yang harus di katakannya nantinya.
“ Hakim yang terhormat, “ Katanya.
“ Orang ini menurutku terlihat seperti orang gila atau sedang mencari-cari alasan untuk menyiksa orang tanpa sebab. Aku memang mengenalnya, tapi cerita ini tidak ada hubungannya dengan kejadian di rumahku,” lanjut Abdul malik. Bay-akal kemudian dimasukkan kepenjara orang gila untuk disembuhkan. Darwis-darwis telah pulih kembali dengan ilmu-ilmu mereka. Dan tak seorang pun percaya cerita yang menakjubkan semacam itu bahwa seorang manusia dapa berubah menjadi emas, apa lagi setiap hari, tidaklah mungkin. Namun dalam segala ketidak percayaan tersebut, selama bertahun-tahun, Abdul Malik memukul roh itu yang sesungguhnya adalah dirinya sendiri dan membagi-bagikan hartanya, kepada siapa saja yang membutuhkan.

Sumber dari Tabloid Nurani edisi 696

Sabtu, 16 Agustus 2014

Dua Kali Terbebas dari Kematian



Dalam kurun waktu yang berdekatan, Abunawas terancam mati sebanyak dua kali.
Yang pertama adalah ia akan dimakan oleh suku pedalaman dan yang kedua hukuman pancung dari Sang Raja. Namun, bukan Abu nawas jika tak dapat meloloskan diri.
Pada suatu hari Abu Nawas berjalan-jalan hingga sampai di kampung pedalaman. Kampung tersebut berada di daerah gurun nan jauh dari tempat tinggalnya. Di kampung itu nampak keramaian, dan ternyata ada kerumunan orang yang sedang membuat bubur.
Ketika Abu Nawas asyik mengamati suasana, tanpa disadari ada puluhan pasang mata yang mengawasinya. Tidak berapa lama kemudian, Abu Nawas sudah tertangkap dan diikat oleh para penduduk setempat. Lalu dia pun dibawa ke tengah-tengah kerumunan orang yang sedang membuat bubur tersebut.
Saat ada seseorang yang membawa golok tajam mendekatinya, Abu Nawas tidak tinggal diam saja. "Hei, kenapa aku ditangkap?" tanya Abu Nawas.
Salah seorang dari mereka menjelaskan bahwa setiap ada orang asing, mereka akan menyembelih, lalu mencampurnya ke dalam adonan bubur dan memakannya. Mendengar penjelasan itu, Abu Nawas ketakutan juga. Namun, meski dalam keadaan terjepit, dia masih sempat berpikir dengan jernih.
Abu Nawas akan Dijadikan Campuran Bubur
"Kalian lihat saja, badanku kurus kering, jadi dagingku tidak banyak. Kalau kalian mau, besok aku bawakan temanku yang badannya gemuk sehingga kalian bisa makan untuk lima hari lamanya. Aku janji, maka lepaskan aku, "pinta Abu Nawas.
Karena janjinya itu, akhirnya Abu Nawas dilepaskan.
Abu Nawas berpikir keras untuk menemukan siasat agar dirinya berhasil membawa teman yang gemuk. Terlintas di pikirannya bahwa Sang Raja Harun Ar-Rasyid.
"Seharusnya Raja tahu kondisi ini dan alangkah baiknya jika dia mengetahuinya sendiri,"guma Abu Nawas dalam hati.
Abu Nawas pun segera menghadap Raja Harun. Dengan berbagai bujuk rayu, akhirnya dia berhasil mengajak raja hanya berdua saja. Sesampainya di kampung pedalaman itu, tanpa banyak bicara, warga langsung menangkap raja. Abu Nawas pun segera meninggalkan kampung itu. Dalam hatinya dia berpikir, "Bila raja pintar,pasti dia akan bisa membebaskan diri, tapi kalau tidak, maka raja akan mati."

Abu Nawas berpikir seperti itu karena dia yakin bahwa rajanya cukup cerdas untuk bisa meloloskan diri dari kampung pedalaman itu. Sementara itu, raja yang sedang ditawan tidak menyangka sama sekali akan disembelih warga kampung pedalaman yang masih merupakan wilayah kekuasaannya. Dalam keadaan takut, raja memiliki inisiatif juga rupanya. "Jika membuat bubur, dagingku ini tidaklah terlalu banyak karena banyak lemaknya. Kalau diijinkan, kalian akan aku buatkan peci kemudian dijual dengan harga jauh lebih mahal daripada harga buburmu itu, "bujuk Raja Harun ke warga kampung pedalaman. Mereka menyetujui dan meminta raja untuk menyelesaikan peci itu. Setelah peci selesai dibuat, raja pun dibebaskan.
 
Dihukum Gantung
Setelah raja dibebaskan, Abu Nawas segera dipanggil karena telah berani mencelakakan rajanya sendiri. "Wahai Abu Nawas, engkau benar-benar telah membahayakan aku, kamu harus digantung !"ujar Raja Harun dengan geram.

Namun, Abu Nawas minta diberikan waktu untuk pembelaan dirinya.
"Baiklah, tetapi kalau ucapamu salah, niscaya engkau akan dibunuh hari ini juga,"ujar Raja Harun. "Tuanku, alasan hamba menyerahkan kepada pembuat bubur itu karena ingin menunjukkan fakta kepada Paduka. Karena semua kejadian di dalam negeri ini adalah tanggung jawab Paduka kepada Allah SWT kelak. Raja yang adil sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya, "kata Abu Nawas. Setelah mendengar pembelaan diri Abu Nawas, Raja Harun Ar-Rasyid menerimanya dan membebaskan Abu Nawas. Setelah itu raja melakukan pembinaan kepada suku pedalaman tersebut.




Kamis, 14 Agustus 2014

KISAH HABIL DAN QABIL PUTERA NABI ADAM a.s.





Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama “Iqlima”, kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama “Lubuda”.
Sebagai orang  tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah di bebankan ke atas bahunya.
Di bawah asuhan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka tumbuh besarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita, sedang yang laki-laki menempuh jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabil berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.
Kehidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta mencintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni, damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.

Memasuki masa Remaja.
Hingga pada akhirnya keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.
Allahpun memberi ilham dan petunjuk kepada nabi Adam agar puteranya dikahwinkan dengan puterinya secara silang. Qabil dikahwinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.
Nabi Adam kemudian menyampaikan petunjuk Allah tersebut kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang dalam keluarga dan rumahtangga mereka kelak. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka putusan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Qabil dan mengatakan bahwa dirinya tidak mau mengawini Lubuda, adik Habil dengan alasan Lubuda berpasar buruk tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahwa ia lebih pantas mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri. Dia bahkan tidak  rela menyerahkan Iqlima untuk dinikahi oleh Habil.
Itulah awal mula kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang seringkali menjuruskan pada pertentangan dan permusuhan hingga mengakibatkan hilangnya nyawa serta timbulnya rasa dendam maupun dengki.
Karena Qabil tetap keras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya, dan meminta agar dinikahkan dengan kembarnya sendiri Iqlima, maka Nabi Adam sebagai orang tua bersikap bijaksana.  Agara tak menimbulkan kekerasan dan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai dalam keluarga beliau mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya dengan menyerahkan korban kepada Tuhan, barang siapa di antara keduanya yang diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.
Qabil dan Habil menerima penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak bahkan cenderung  busuk. Kemudian mereka meletakkan korban kambing dan juga sekarung gandum tersebut diatas sebuah bukit dan mereka kemudian menyaksikan dari jauh korban siapa yang diterima oleh Allah SWT.
Dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang seketika itu musnah termakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap utuh.
Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena korban kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersunting menjadi isterinya.
Pembunuhan Pertama
Pudar sudah  harapan Qabil untuk mempersunting Iqlima, ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menentangnya. Ia akhirnya menyerah dan menerima keputusan itu  dengan rasa kesal dan marah. Hingga menyimpan dendam terhadap Habil dan akan berusaha membunuhnya disaat ayahnya pergi. Ketika Nabi Adam hendak berpergian meninggalkan rumah, beliau berpesan kepada Qabil agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama kepergiannya. Ia berpesan pula agar selalu rukun agar tidak merusak ketentraman dalam rumah tangga.
Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dan berjanji akan menjaga amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata bahwa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya.
Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya dan berkata: ”Aku datang ke mari untuk membunuhmu inilah saat yang tepat untuk melenyapkanmu.”
“Apa salahku , dan apa asalannya engkau hendak membunuhku?” tanya Habil.
Qabil berkata: ” ini karena korbanmu diterima oleh Allah sedangkan korbanku ditolak , sehingga engkaulah yang akan menikahi adikku Iqlima yang cantik dan molek sedangkan aku harus menikahi adikmu yang buruk rupa.”
Habil berkata:”apakah berdosaku kalau Allah lebih menerima korbanku dari pada korbanmu? Bukankah engkau telah bersetuju dengan keputusan ini? Janganlah terburu nafsu dan memenuhi ajakan syaitan wahai saudaraku! fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahwa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Allah telah menolak korbanmu karena engkau telah menyerahkan korban yang terburuk dan secara terpaksa berbeda denganku korbanku sengaja kupilihkan dari yang terbaik dan kuserahkna dengan tulus ikhlas. Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buanglah niat jahatmu yang telah dibisikkan Iblis kepadmu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga. Jika engkau tetap ingin membunuhku, aku tidak akan melawan atau membalasmu, karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diridhoinya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku.”
Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada lagi di hatinya rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Iblis yang telah mengendalikan Qobil tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dilakukannya terhadap saudaranya. Bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bimbang tidak tahu dengan cara apa ia membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung kemudian dipukulnya kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil dirinya tertidur dengan nyenyaknya.  Akhirnya matilah Habil sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia

Penguburan Jenazah Habil.
Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat mayat saudaranya yang semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti dan dipikulnya seraya mundar-mundir seraya menghalau burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.
Namun, Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pelajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:”Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?”
Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabil:”Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang.”
Qabil menjawab:”Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi.”
Melihat sikap  angkuh dan jawaban kasar Qabil, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Akhirnya terbongkar juga bahwa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu dirinya pergi.Ia sangat sedih atas perbuatan Qabil yang kejam dan bengis yang tak punya rasa persaudaraan, yang telah mengesampingkan ikatan darah dan hubungan keluarga sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah dan menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.
*******