Kamis, 23 April 2015

Memindahkan Istana Ke Gunung



Raja harun al rasyid baru saja membaca kisah tentang kehebatan Nabi Sulaiman yang mampu memindahkan kerajaan Ratu Bilqis di istananya. Setelah membaca kisah itu, raja memiliki iden untuk memindahkan istananya ke gunung. Diapun teringat Abu Nawas untuk mewujudkan keinginannya itu. Sekalian untuk menguji kamampuan penasehatnya itu. Kali ini sang raja yakin Abu Nawas gagal mengemban tugas yang diberikannya.
Tanpa membuang waktu, Abu Nawas segera dipanggil. Setelah abu nawas datang, rajapun segera memberikan perintah “ Abu Nawas, engkau harus memindahkan istanaku keatas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku.” Perintah sang Raja sambil melirik reaksi Abu Nawas.
Abu Nawas tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya, Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi permintaan baginda, pekerjaan itu harus selesai dalam waktu sebulan. Abu nawas pun pulang dengan hati masgul.
Setelah pertemuanya dengan raja waktu itu, setiap malam abu nawas hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewatinya dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas selain hari-hari ini. tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. Ia menghadap raja untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan apa yang diinginkan Abu Nawas. “Tuanku, hamba datang kesini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti.” Kata Abu Nawas. Abu Nawas meminta prosesi pemindahan istana dilakukan pada saat hari raya Idul Qurban. Diapun meminta agar sang raja menyiapkan sepuluyh sapi gemuk untuk disembelih dan dagingnya dibagikan ke seluruh rakyat. Permintaan itupun dikabulkan sang raja.
Abu Nawas pulang dengan perasaan riang. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya tiba, dia pasti akan dengan mudah memindahkan istana baginda raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, kedasar samudrapun Abu Nawas sanggup.
Desas-desus mulai tersebar ke pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tapi sebagian besar rakyat merasa yakin akan kemampuan abu nawas. Karena abu nawas belum prenah gagal melaksanakan tugas aneh yang dibebankan dipundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas. Saat-saat yang dinantikan itu tiba. Rakya berdondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan solat.
Seusai salat, sepuluh sapi sumbangan raja disembelih, lalu dimasak dan segera dibagikan kepada fakir miskin. Saatnya Abu Nawas melaksanakan tugas itu. Abu nawas berjaklan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai didepan istana, abu nawas bertanya kepada bahinda. “Ampun Tuanku yang mulia.  Apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?”
“Tidak ada.” Jawab Baginda raja singkat.
Kemudian Abu nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. Ia berdiri sambil memandangi istana. Abu nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Baginda raja akhirnya tidak sabar. “ Abu Nawas, menghapa engkau belum juga mengangkat istanaku?”. Tanya baginda Raja.
“Hamba sudah siap sejak tadi baginda.”Kata Abu nawas. “ Apa maksudmu Engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap, lalu apa yang engkau tunggu?” tanya baginda masih diliputi rasa heran. “Hamba menunggu istana paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan diatas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah paduka.” Baginda raja harun al rasyid hanya bisa terpana. Beliau tidak menyangka jika Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar