Kamis, 14 Agustus 2014

KISAH HABIL DAN QABIL PUTERA NABI ADAM a.s.





Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang. Pertama lahirlah pasangan Qabil dan adik perempuannya yang diberi nama “Iqlima”, kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama “Lubuda”.
Sebagai orang  tua, Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka mengharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah di bebankan ke atas bahunya.
Di bawah asuhan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka tumbuh besarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja. Yang perempuan sesuai dengan kudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita, sedang yang laki-laki menempuh jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya. Qabil berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habil di bidang perternakan.
Kehidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta mencintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya. Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni, damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.

Memasuki masa Remaja.
Hingga pada akhirnya keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan memasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nafsu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.
Allahpun memberi ilham dan petunjuk kepada nabi Adam agar puteranya dikahwinkan dengan puterinya secara silang. Qabil dikahwinkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan Habil dengan adik Qabil yang bernama Iqlima.
Nabi Adam kemudian menyampaikan petunjuk Allah tersebut kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang dalam keluarga dan rumahtangga mereka kelak. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka putusan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Qabil dan mengatakan bahwa dirinya tidak mau mengawini Lubuda, adik Habil dengan alasan Lubuda berpasar buruk tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat bahwa ia lebih pantas mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri. Dia bahkan tidak  rela menyerahkan Iqlima untuk dinikahi oleh Habil.
Itulah awal mula kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang seringkali menjuruskan pada pertentangan dan permusuhan hingga mengakibatkan hilangnya nyawa serta timbulnya rasa dendam maupun dengki.
Karena Qabil tetap keras kepala tidak mau menerima keputusan ayahnya, dan meminta agar dinikahkan dengan kembarnya sendiri Iqlima, maka Nabi Adam sebagai orang tua bersikap bijaksana.  Agara tak menimbulkan kekerasan dan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai dalam keluarga beliau mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya. Caranya dengan menyerahkan korban kepada Tuhan, barang siapa di antara keduanya yang diterima korbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.
Qabil dan Habil menerima penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabil datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak bahkan cenderung  busuk. Kemudian mereka meletakkan korban kambing dan juga sekarung gandum tersebut diatas sebuah bukit dan mereka kemudian menyaksikan dari jauh korban siapa yang diterima oleh Allah SWT.
Dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit di mana kedua korban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang korban Habil yang seketika itu musnah termakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap utuh.
Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena korban kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersunting menjadi isterinya.
Pembunuhan Pertama
Pudar sudah  harapan Qabil untuk mempersunting Iqlima, ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menentangnya. Ia akhirnya menyerah dan menerima keputusan itu  dengan rasa kesal dan marah. Hingga menyimpan dendam terhadap Habil dan akan berusaha membunuhnya disaat ayahnya pergi. Ketika Nabi Adam hendak berpergian meninggalkan rumah, beliau berpesan kepada Qabil agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama kepergiannya. Ia berpesan pula agar selalu rukun agar tidak merusak ketentraman dalam rumah tangga.
Qabil menerima pesanan dan amanat ayahnya dan berjanji akan menjaga amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabil namun dalam hatinya ia berkata bahwa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habil saudaranya.
Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabil menemui Habil di tempat penternakannya dan berkata: ”Aku datang ke mari untuk membunuhmu inilah saat yang tepat untuk melenyapkanmu.”
“Apa salahku , dan apa asalannya engkau hendak membunuhku?” tanya Habil.
Qabil berkata: ” ini karena korbanmu diterima oleh Allah sedangkan korbanku ditolak , sehingga engkaulah yang akan menikahi adikku Iqlima yang cantik dan molek sedangkan aku harus menikahi adikmu yang buruk rupa.”
Habil berkata:”apakah berdosaku kalau Allah lebih menerima korbanku dari pada korbanmu? Bukankah engkau telah bersetuju dengan keputusan ini? Janganlah terburu nafsu dan memenuhi ajakan syaitan wahai saudaraku! fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahwa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Allah telah menolak korbanmu karena engkau telah menyerahkan korban yang terburuk dan secara terpaksa berbeda denganku korbanku sengaja kupilihkan dari yang terbaik dan kuserahkna dengan tulus ikhlas. Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buanglah niat jahatmu yang telah dibisikkan Iblis kepadmu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga. Jika engkau tetap ingin membunuhku, aku tidak akan melawan atau membalasmu, karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diridhoinya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku.”
Nasihat dan kata-kata mutiara Habil itu didengar oleh Qabil namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada lagi di hatinya rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Iblis yang telah mengendalikan Qobil tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dilakukannya terhadap saudaranya. Bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabil bimbang tidak tahu dengan cara apa ia membunuh Habil saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung kemudian dipukulnya kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habil dirinya tertidur dengan nyenyaknya.  Akhirnya matilah Habil sebagai korban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai korban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia

Penguburan Jenazah Habil.
Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat mayat saudaranya yang semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti dan dipikulnya seraya mundar-mundir seraya menghalau burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.
Namun, Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan pelajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:”Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?”
Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habil di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabil:”Di manakah Habil berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang.”
Qabil menjawab:”Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habil yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi.”
Melihat sikap  angkuh dan jawaban kasar Qabil, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habil, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Akhirnya terbongkar juga bahwa Habil telah mati dibunuh oleh Qabil sewaktu dirinya pergi.Ia sangat sedih atas perbuatan Qabil yang kejam dan bengis yang tak punya rasa persaudaraan, yang telah mengesampingkan ikatan darah dan hubungan keluarga sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah dan menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabil.
*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar