Sabtu, 13 Desember 2014

Menjebak Pencuri Dengan Tongkat



Kerajaan yang di pimpin oleh Raja Harun Ar Rasyid suatu ketika tengah marak terjadi pencurian. Dan pihak kerajaan kesulitan menangkap pencuri itu. Beruntung ada Abu Nawas yang dengan kecerdikannya bisa menyelesaikannya dengan sebuah tongkat. Berikut kisahnya.
Seorang saudagar kaya raya merasa kebingungan dengan aksi pencurian terhadap hartanya. Telah lebih dari seratus keping uang emasnya hilang. Hakim pun juga telah berusaha keras dengan berbagai cara, tetapi tidak juga berhasil menemukan pencuri tersebut. Karena merasa putus asa, Saudagar kaya  itu pun mengadakan sayembara barang siapa yang berhasil menangkap serta menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya atas uang emas yang dicurinya.
Siasat Abu Nawas
Karena tergiur oleh hadiah yang dijanjikan, tidak sedikit orang yang berusaha mencoba mengikuti sayembara tersebut, tetapi semuanya kandas dan pencuri tetap tak diketahui. Hal itu membuat si pencuri bertambah besar kepala serta merasa aman dan tentram, karena ia yakin jati dirinya tak akan diketahui. Yang lebih menjengkelkan lagi ,ia berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini  bagaikan menangkap jin. Mereka mengetahui kita, sedangkan kita tidak mengetahui mereka.
Lalu Raja Harun Ar Rasyid pun memanggil Abu Nawas yang dikenal memiliki banyak siasat. Akhirnya, Abu Nawas menemui Raja Harun. Sang raja menyuruh Abu Nawas untuk turut andil dalam sayembara itu. Maka, ikutlah Abu Nawas menjadi peserta sayembara. Hati pencuri itu berdebar tak karuan melihat keikut sertaan Abu Nawas. Ia sudah menduga , pasti Abu Nawas akan menyiapakan suatu siasat untuk menemukan pencuri uang emas itu yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
Keesokan harinya, semua penduduk dusun diharuskan berkumpul didepan gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang, tanpa berkata apa-apa, Abu Nawas membagikan tongkat yang dibawanya dari rumah.
Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berkata, “tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi, kalian harus menyerahkan kembali tongkat yang telah aku bagikan. Jangan kawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri yang selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang, pulanglah kalian”.
Memotong Tongkat
Orang –orang  yang tidak merasa mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri yang juga berada didepan gedung pengadilan itu merasa ketakutan. Selama perjalanan pulang ke rumahnya, Ia berpikir keras bagaimana agar bisa lolos dari siasat Abu Nawas ini.
Hingga larut malam, ia tidak bisa memejamkan mata, Ia terus berpikir apa yang harus di lakukan agar jati dirinya tidak terbongkar.  Menjelang Fajar, ia kemudian memutuskan untuk memotong tongkatnya sepanjang satu jari telunjuk. Ia berpikir, dengan begitu, tongkatnya akan tetap sama dan kelihatan seperti ukuran semula.
Pagi hari orang-orang  mulai berkumpul kembali di depan gedung pengadilan sesuai pesan Abu Nawas. Pencuri itu pun dengan perasaan santai dan tenang bergegas melangkah ke depan gedung pengadilan. Ia yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. “ Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? “ gumamnya dalam hati. Ia pun memuji kecerdikan dirinya sendiri, karena merasa telah berhasil mengelabuhi Abu Nawas.
Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang dibagaikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba, Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk.
Abu Nawas sudah menduga bahwa pencuri itu akan panik dan tanpa mengukur kembali tongkat yang ia berikan, ia pasti akan melakukan pemotongan pada tongkatnya, karena ia takut tongkatnya akan bertambah panjang.
Akhirnya pencuri itu tertangkap. Pencuri itu pun diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahannya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ke tangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi ia bagikan untuk orang-orang miskin, dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri. Raja Harun pun puas dan memuji akan taktik dan siasat Abu Nawas.

***********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar