Sabtu, 20 Desember 2014

Berubah Adil Dan Bijaksana Karena Sindiran



Meski hanya rakyat biasa, namun Abu Nawas mampu memberikan nasihat kepada sang raja, bahkan Abu Nawas memberikan nasihat sambil menyindir perilaku rajanya yang sombong.

Suatu saat Raja Harun Ar-Rasyid sedang menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di pusat kota Kuffah, tiba-tiba terlihat olehnya Abu Nawas sedang menaiki sebatang kayu berlarian ke sana kemari dan diikuti anak-anak dengan riangnya. Wajah sang Raja mendadak menjadi sumringah dibuatnya. Matanya berbinar-binar karena begitu merindukan sosok Abu Nawas. Memang Abu Nawas sejak beberapa bulan terakhir meninggalkan kerajaannya sebagai bentuk protes atas ketidakadilan dan kesombongan raja.

Sejak kepergian Abu Nawas ,raja merasa kesepian yang teramat sangat karena Tidak ada lagi orang yang diajaknya berdiskusi maupun hanya sekedar bercanda. Karena itu Raja sangat gembira begitu melihat sosok Abu Nawas.

Dirindukan Raja.

Karena sangat penasaran, Raja Harun Ar-Rasyid kemudian bertanya kepada para pengawalnya.
"Siapa dia?" tanya Raja.
"Dia si Abu Nawas yang gila itu," jawab salah seorang pengawalnya.
"Coba panggil dia kemari, tanpa ada yang tahu, dan sekali lagi aku peringatkan kamu jangan berkata yang buruk lagi tentang dia,” perintah Raja Harun.
"Baiklah wahai baginda Raja," jawab pengawal.
Tidak berapa lama kemudian para pengawal berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Raja. Abu Nawas diperkenankan duduk di hadapan Raja.
"Salam bagimu wahai Abu Nawas," sapa Raja Harun Ar-Rasyid.
"Salam kembali wahai Amirul Mukminin," jawab Abu Nawas.
"Kami merindukanmu wahai Abu Nawas," kata Raja Harun Ar Rasyid.
"Ya, tetapi aku tidak merindukan Anda semuanya," jawab Abu Nawas dengan ketus.
Beberapa pengawal kerajaan spontan saja akan mencabut pedang dari sarungnya untuk memberikan pelajaran kepada Abu Nawas yang tak mampu menjaga perkataannya di hadapan raja, sang pemimpin. Akan tetapi niat tersebut dicegah sendiri oleh Raja Harun Ar-Rasyid.
"Wahai Abu Nawas, aku merindukan kecerdasanmu, maka berilah aku nasihat," pinta Raja.
"Dengan apa aku menasehatimu, inilah istana dan kuburan mereka," kata Abu Nawas.
"Tambahkan lagi, engkau telah memberikan nasihat yang bagus," ujar raja mulai bersemangat.
"Wahai Amirul Mukminin, barang siapa yang dikarunia Allah SWT dengan harta dan ketampanan, lalu ia dapat menjaga kehormatannya dan ketampanannya, serta memberikan bantuan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang shaleh," kata Abu Nawas.

Pemimpin Adil dan Bijaksana

Raja Harun Ar-Rasyid merasa senang mendapatkan nasihat dari Abu Nawas dan mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya sebagai imbalan. Beliaupun memerintahkan kepada pengawalnya untuk membayar semua hutang-hutang Abu Nawas.
"Aku telah menyuruh para pengawalku untuk membayar hutang-hutangmu," kata Raja.
"Tidak Amirul Mukminin, kembalikan harta itu kepada yang berhak menerimanya. Bayarlah hutang diri Anda sendiri," kata Abu Nawas.
Namun Raja Harun tak menyerah begitu saja. Ia kemudian mempersiapkan hadiah khusus pada Abu Nawas.
"Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu," katanya.
"Wahai Amirul Mukminin, apakah Paduka berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku," jawab Abu Nawas yang segera pergi dari hadapan raja.

Perlakuan itu membuat sang Raja semakin merenung dan  mengevaluasi dirinya sendiri.
Beliau sadar kalau selama ini dirinya kurang adil dan sangat sombong akan kekuasaan yang dimikinya sehingga mudah meremehkan orang lain. Setelah mendapat nasihat dari Abu Nawas, Raja Harun berubah menjadi raja yang adil dan bijaksana kepada rakyatnya.

Abu Nawas telah memberikan nasihat berupa sedikit sindiran kepada Raja, namun beliau tidak tersinggug, marah atau pun memenjarakan Abu Nawas. Raja malah merenung dan terus merenungi kesalahan apa yang telah dia buat selama memimpin kerajaan ini.

oooooOOOOOooooo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar