Minggu, 07 Desember 2014

Kisah Nabi Sulaiman AS dan Ratu Balqis



Nabi Sulaiman adalah seorang nabi dan raja yang saleh. Allah memberi mukjizat kepadanya sehingga dapat memahani bahasa binatang dan menundukkan bangsa jin. Beliau sangat berwibawa dan ditakuti semua anak buahnya.

Suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan seluruh tentaranya yang terdiri dari manusia, binatang, dan para jin. Mereka semua berkumpul memenuhi undangan sang Raja di balai ruang. Semua jenis binatang, besar dan kecil datang menghadiri pertemuan itu. Setelah semua diperiksa, maka Nabi Sulaiman mengetahui bahwa burung Hud-hud ternyata tidak hadir.

Sebenarnya burung hud-hud ini adalah mata-mata pasukan Nabi Sulaiman, yang bertugas mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang apa saja yang patut diketahui oleh Nabi Sulaiman. Melihat keterlambatan burung hud-hud ini, Nabi Sulaiman terlihat agak jengkel sambil bertanya, "Di manakah burung Hud-hud, mengapa belum kelihatan. Padahal tugasnya sangat penting, yakni mencari sumber mata air baru." Melihat hal ini, semua pasukan yang hadir tidak berani menjawab.
Manakala Raja Sulaiman berhenti bicara, tiba-tiba burung Hud-hud datang dan hinggap didepan Nabi Sulaiman sambil menundukkan kepala karena ketakutan. Tampaknya ia habis terbang jauh dan dengan kecepatan tinggi, hingga ia tersengal-sengal.

"Wahai Hud-hud, tidakkah kau sadari kesalahanmu. Apakah kau tidak tahu kalau sekarang aku mengadakan pertemuan? Tapi kau datang terlambat!"

“Ampun Baginda Raja, sesungguhnya Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba’ yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Keadaan negeri ini sangat makmur. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Namun sayang, Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengkaruniakan mereka kenikmatan dan kebahagiaan hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar.” Kata Burung Hud-Hud mencoba menjelaskan.

Tetapi Raja Sulaiman tidak serta merta mempercayai kabar tersebut. Untuk membuktikan kebenaran dari ucapan burung hud-hud, Nabi Sulaiman menuliskan surat, dan meminta burung hud-hud untuk mengirimkannya kepada sang ratu penguasa negeri Saba’ yang bernama Balqis. Karena untuk bisa sampai ke negeri Saba. burung hud-hud harus menerjang hembusan angin yang sangat kencang, maka burung hud-hud meminta kepada Raja Sulaiman untuk membungkus surat itu dalam sampul emas yang tahan terhadap angin. Dan akhirnya terbanglah burung hud-hud menuju negeri Saba.

Sesampainya di sana, diam-diam burung hud-hud menjatuhkan surat itu tepat mengenai kepala sang ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Iapun membuka sampul surat itu dan membacanya.
Surat dari Raja Sulaiman berbunyi: “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah dariku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Itulah kalimat awal pembuka yang ditulis Sulaiman. Selanjutnya sang Raja menambahkan untuk mengajak ratu Bilqis untuk masuk Islam dan menghentikan cara ibadah menyembah matahari. Setelah dibacanya berulang kali surat Raja Sulaiman,  Ratu Balqis memanggil para menteri dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu. “Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi partimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu.”kata salah seorang menteri. Semua pembicaraan dalam pertemuan itu diperhatikan oleh burung hud-hud tanpa tertinggal sedikitpun, dan akan ia jadikan sebagai bahan laporan untuk Raja Sulaiman.

Burung hud-hud kembali kepada Sulaiman. Melihat burung hud-hud kelelahan akibat terbang dalam jarak jauh, Nabi Sulaiman pun menjulurkan tangannya sehingga burung hud-hud bisa hinggap di tangan Nabi Sulaiman. Beliau kemudian berkata,"Hai hud-hud, sampaikanlah laporanmu kepadaku!"
Kemudian burung hud-hud menceritakan semuanya dari mulai sang ratu membuka surat hingga mengumpulkan semua menterinya untuk membicarakan langkah apa yang akan diambil sehubungan surat Nabi Sulaiman tersebut. Sang ratu meminta saran yang terbaik dari para menterinya. Rupanya sang ratu merasa khawatir, bila Sulaiman beserta bala tentaranya akan menyerang negeri Saba. Untuk itu, Ratu Balqis berkeinginan untuk mengirimkan seorang utusan kepada Nabi Sulaiman sambil membawa sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hati dan menyilaukan mata Sulaiman sebagai jawaban dari surat tersebut.. Mendengar cerita hud-hud, Nabi Sulaiman pun tersenyum.

Akhirnya utusan dari negeri Saba pun pergi ke kerajaan Sulaiman. Utusan itu disambut dengan ramah tamah oleh Nabi Sulaiman. Setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, maka Raja Sulaiman pun berkata,"Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahwa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengaruniaiku nikmat yang tidak diberikan kepada makhluk-Nya yang lain. Selain itu aku telah diutus sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas serta kekuasaanku tidak saja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku.”

Utusan Ratu Balqis segera kembali ke negerinya dan langsung menemui ratunya untuk melaporkan apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Sementara sang Ratu terperanjat mendengarkan cerita tentang kerajaan Sulaiman dan utusannya. Diam-diam Ratu Balqis sangat ingin melihat dari dekat bagaimana kerajaan Sulaiman.Dalam hatinya ingin menaklukkan dan menguasai kerajaan itu. Disisi lain Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahwa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui rombongan utusan bukanlah ancaman yang kosong.

Pada saat yang ditentukan, Ratu Balqis membawa laskarnya yang terpilih. Mereka berangkat menuju kerajaan Sulaiman. Sementara itu mata-mata kerajaan Sulaiman yang terdiri dari para jin memberitahukan kepada sang raja bahwa tak lama lagi Ratu Balqis akan datang bersama laskar pilihannya. Maka Raja Sulaiman segera mengumpulkan para jin dengan maksud memberi tugas penting.

"Siapa yang bisa memindahkan singgsana Ratu Balqis?" tanya Nabi Sulaiman. "Saya sanggup memindahkannya, sebelum Tuan berdiri dari tempat duduk,"jawab jin Ifrit, seorang Jin yang tercerdik. "Kalau saya sanggup memindahkannya sebelum mata Tuan berkedip," kata orang saleh dari kaum Nabi Sulaiman. Pada saat itu juga singgasana Ratu Balqis sudah berada di depan Nabi Sulaiman. Melihat hal itu, Nabi Sulaiman langsung bersungkur sujud dan bersyukur kepada Allah atas kekuasaan yang telah diperlihatkan kepadanya. Kemudian berkata: “Ini adalah salah satu karunia Tuhan kepadaku untuk mencoba apakah aku bersyukur atas karunia-Nya itu atau mengingkari-Nya, karena barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan karunia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia.”

Beliau pun memerintahkan bangsa jin untuk membangun sebuah istana yang sangat indah. Lantainya terbuat dari kristal bening. Dindingnya dari kayu cendana yang harum. Atapnya terbuat dari kaca sehingga cahaya matahari dapat dibiaskan menjadi tujuh warna. Beliau memerintahkan agar pembangunan istana itu diselesaikan sesegera mungkin sebelum Ratu Balqis datang.

Tak lama kemudian, tibalah Ratu Balqis di kerajaan Sulaiman. Ia menyarankan agar para laskar yang mengawalnya cukup berhenti di luar kota untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Ratu Balqis hanya dikawal beberapa orang pembesar memasuki istana Raja Sulaiman. Ia benar-benar takjub dengan kemegahan dan kemewahan kerajaan tersebut. Berkali-kali mulutnya berdecak kagum dan kepala bergeleng-geleng. Ratu Balqis dipersilahkan duduk di singgasana yang telah dipersiapkan.
"Wah, rasanya seperti singgasana di kerajaanku?" gumam Balqis terkagum-kagum. "Benarkah?", tanya Raja Sulaiman. "Ya, ini benar-benar persis seperti singgasanaku." seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahwa tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahwa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak meninggalkan Saba’.

"Ketahuilah bahwa singgasana ini memang benar-benar milikmu. Singgasana ini kupindahkan ke mari sebelum engkau datang," Nabi Sulaiman menjelaskan.
Ratu Balqis semakin heran dengan kemukjizatan Sulaiman.
Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, keheranan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, ia mengira berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.

Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: “Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini.” kata Sulaiman sambil tersenyum.

“Oh,Tuhanku,” Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, “aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan karunia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”
Semenjak itulah antara kerajaan Saba dan kerajaan Sulaiman bekerja sama dengan baik, karena seiman/seagama. Ratu Balqis mengharuskan rakyatnya memeluk agama nabi Sulaiman Alaihis Salam (Islam). Akhirnya Ratu Balqis yang cantik itu pun diperistri oleh Nabi Sulaiman, dan kerajaan dijadikan satu.

Dalam Al-Qur’an diceritakan bahwa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali rayap yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah wafat kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh rayap. Seandainya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai siksaan yang menghinakan. Sesungguhnya hanya Allah lah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.

-----oooo-----



Tidak ada komentar:

Posting Komentar