Kamis, 17 Juli 2014

Belajar Dermawan dari tukang Cuci




Suatu hari seorang pemimpin Basrah memetik satu pelajaran dari seorang tukang cuci. Dari Hamba sahaya itu, Raja Abdullah belajar menjadi manusia yang ikhlas dan dermawan.
Suatu saat, sayidina Abdullah bin Syekh Alaydrus, raja dari Basrah, Irak diberitahu bahwa ada seorang tukang cuci yang hatinya lebih murah dan dermawan dari padanya. Mendengar hal itu, ego si Raja Basrah ini tersentil. Ia penasaran dan ingin tahu sekali bagaimana akhlak Ahmad.
“ Selamat Malam wahai Hamba Allah, aku seorang Syarifah Alawiyah. Aku butuh sesuatu darimu,” kata Abdullah yang saat itu menyamar sebagai wanita.
“ Selamat datang wahai Syarifah, silahkan duduk. Ya Sayyidati, apakah kebutuhanmu, mintalah semua yang kau butuhkan. Aku akan berusaha membantumu kata Ahmad.
“ Aku adalah seorang Syarifah yang miskin. Anakku banyak, aku tidak memiliki ayah, saudara, maupun Suami. Besok hari raya, tapi kami tak memiliki apa-apa. Aku butuh beras untuk makan,” pinta Abdullah. Kebetulan malam itu adalah malam hari raya Idul Adha.
Ahmad lalu memberikan dua karung makanan dan dua karung beras. Abdullah tidak membawa barang itu pulang ke rumah, tapi ia pergi ke belakang rumah Ahmad, lalu meletakkan makanan dan beras tersebut di sana. Abdullah menunggu hingga Ahmad tidur.
Meminta Bantuan
Setelah Ahmad tertidur, ia kembali ke rumahnya dan mengetuk pintunya. “ Siapa?” tanya Ahmad.
“Aku syarifah yang tadi datang ke sini. Aku masih ada kebutuhan yang lupa ku sampaikan kepadamu. Aku lupa, kami berempat di rumah tidak memiliki pakaian. Aku butuh pakaian,” kata Abdullah.
“ Baiklah, tunggu sebentar,” katanya seraya bergegas mengambilkan empat pakaian yang telah dicelup dan bergambar. Luar biasa pakaian-pakaian itu berkualitas tinggi dan termasuk pakaian terbaik bagi wanita zaman itu.
Abdullah membawa pakaian tersebut ke belakang rumah Ahmad dan meletakkannya ditempat yang sama. Ia mulai takjub dengan kebaikan akhlak Ahmad. Setelah merasa yakin bahwa Ahmad telah tidur pulas, Abdullah kembali kerumahnya untuk ketiga kalinya. Abdullah mengetuk pintu, dan Ahmadpun bangun serta bertanya. “ Siapakah yang diluar ?”
“ Syarifah yang tadi datang ke sini. Aku lupa, masih ada satu kebutuhan lagi yang belum aku sampaikan kepadamu. Aku butuh daging untuk hari raya besok, tetapi kami tidak memiliki sesuatupun,” pinta Abdullah.
“ Demi Allah, dirumah ini tidak ada sesuatu pun, kecuali satu kepala kambing untuk hari raya anak-anak. Kalau begitu ambillah kepala kambing ini dan berhari rayalah dengan anak-anakmu,” kata Ahmad pelan.
Kagum
Setelah menerima Kepala kambing itu, Abdullah membawa pergi dan kembali meletakkannya di belakang rumah Ahmad. Abdullah terheran-heran menyaksikan akhlak Ahmad. Abdullah diam di sana beberapa saat. Setelah merasa yakin bahwa Ahmad telah tertidur pulas, ia segera kembali ke rumah Ahmad untuk kesekian kalinya. Ia ingin melihat sedikit saja perubahan dari sikap Ahmad, walaupun hanya perubahan raut wajahnya.
Abdullah kembali mengetuk pintu rumah Ahmad.
“ Selamat datang, ya Sayyidati. Adakah sesuatu yang kau butuhkan lagi? ” kata Ahmad.
“ Aku butuh seseorang untuk membawakan semua yang kau berikan kepadaku. Lihatlah semua yang kau berikan kuletakkan dibelakang rumahmu. Aku tidak kuat membawanya ke rumahku,” pinta Abdullah.
“ Baiklah, mari aku bantu mengantarkan barang-barang itu,”Jawab Ahmad.
Dengan cepat Ahmad membangunkan istri,anak, dan pembantunya. Mereka diperintahkannya membawa barang-barang itu.
“ Ya Sayyidati, jalanlah lebih dahulu agar kami dapat mengikutimu,” kata Ahmad.
Rupanya sang raja ingin melihat lelaki itu marah, namun sedikitpun sikapnya tidak berubah hingga Abdullah sendiri merasa kelelahan.
“ Sungguh beruntung kamu sungguh beruntung, kuucapkan selamat atas akhlakmu yang luhur ini. Demi Allah, kau seorang dermawan sejati, lebih murah hati dariku. Aku bukanlah seorang wanita. Aku adalah Abdullah bin syekh alaydrus. Tidak ada seorang manusia pun akan mampu berperilaku dengan akhlak yang luhur ini, Maafkan aku. Aku berjanji, mulai hari ini aku beramal dengan ikhlas dan tidak riya lagi,” Kata raja Abdullah sambil menangis.
oooOOOooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar